Kemenko Maritim Bantah Polemik Blok Masela Sarat Kepentingan

Jum'at, 11 Maret 2016 | 13:37 WIB
Kemenko Maritim Bantah Polemik Blok Masela Sarat Kepentingan
Blok Masela. [maritim.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tenaga Ahli Bidang Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman Haposan Napitupulu, menampik semua tuduhan terkait pengembangan lapangan gas alam cair Abadi Blok Masela, Maluku, yang sarat akan kepentingan.

"Ini tidak ada sama sekali faktor kepentingan sektor, apalagi soal bagi hasil yang tidak sesuai. Perihal Blok Masela, bagi hasil atau split Blok Masela adalah 60/40 atau 60 persen untuk Pemerintah dan 40 persen untuk kontraktor setelah dikurangi cost recovery. Jadi penting untuk menekan cost recovery ini agar pemerintah tidak menanggung terlalu besar," kata Haposan saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta Pusat, Jumat (11/3/2016).

Pihaknya juga tak sepakat apabila skema pengembangan Blok Masela secara Onshore (di darat) yang ditawarkan oleh Menko Kemaritiman Rizal Ramli dikatakan sebagai pemborosan karena dinilai sebagai proyek pipa gas terpanjang di Indonesia.

Ia menjelaskan, jenis pipa yang akan digunakan untuk mengangkut gas dari laut merupakan jenis pipa khusus yang dapat menahan tekanan kedalaman air sekian ribu meter.

"Ini bukan proyek pipa terbesar, hanya 90 kilometer dari lapangan gas di Selaru. Dulu ada yang lebih besar dari ini. Jenis pipa yang akan dipergunakan untuk transportasi gas di laut merupakan jenis pipa khusus yang dapat menahan tekanan kedalaman air sekian ribu meter. Sampai saat ini, jenis pipa dengan spek tersebut belum diproduksikan di Indonesia, artinya masih diimpor. Sebagaimana juga sebelumnya, untuk beberapa jalur pipa gas seperti Natuna-Singapura, Kangean – Gresik, dan lain-lain,”  katanya.

Meski harus impor pipa, Haposan menghitung biaya pembangunan kilang LNG Laut mencapai 23 – 26 miliar dolar AS. Ini masih lebih mahal ketimbang pembangunan kilang darat yang hanya memakan biaya 16 miliar dolar AS. Biaya itu sudah termasuk biaya pembangunan jalur pipa laut 1,2 miliar dolar AS.

"Sehingga, secara keekonomian skenario kilang LNG laut lebih mahal, yang akan berakibat tingginya cost recovery atau semakin berkurangnya pendapatan bagian negara," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI