Suara.com - Pekerjaan pembangunan Bandara Djalaludin di Gorontalo hingga saat ini sudah mencapai 95 persen atau tinggal tahap perampungan.
"Diharapkan Presiden Joko Widodo serta Menteri Perhubungan dapat meresmikan bandara Djalaludin Gorontalo ini, karena saat ini pengembangan bandara menjadi lebih bagus dari sebelumnya," kata Gubernur Gorontalo Rusli Habibie saat mengecek kesiapan bandara, Rabu (9/3/2016).
Gubernur menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo menawarkan tiga mega proyek yang akan diresmikan Presiden Jokowi, yaitu Bandara Djalaludin Gorontalo, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Paguat dan Irigasi Randangan.
Sebagai salah satu pintu masuk Gorontalo, Bandara memang harus ada perbaikan serta pembenahan-pembenahan, mengingat saat ini terus terjadi peningkatan jumlah penumpang baik datang maupun pergi.
"Ini terindikasi jika pertumbungan ekonomi Gorontalo terus mengalami peningkatan," ujarnya.
Selanjutnya Pemerintah Provinsi Gorontalo ke depan akan memperbaiki akses jalan menuju ke bandara, seperti saat ini sedang dibangun atau pekerjaan Gorontalo Out Ring Road (GORR) dari bandara langsung menuju Kota Gorontalo.
Gubernur juga berharap jika bandaranya sudah selesai, tinggal bagaimana menjaga kebersihan serta keindahan bandara, termasuk tingkat pengamanannya yang harus diperketat.
"Sebab selama ini Gorontalo dikenal dengan daerah paling aman," ungkapnya.
Data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, pembangunan Bandara Djalaludin terdiri dari tiga tahap, yakni tahap pertama tahun 2013 berupa pekerjaan struktur bawah fondasi pancang, tie beam dan pile cap dengan anggaran sebesar Rp 22,8 miliar.
Selanjutnya tahap kedua tahun 2014 berupa pekerjaan struktur atas, penutup atap, finishing dinding bata, finishing lantai dasar dan instalasi MEP dengan anggaran sebesar Rp51,4 miliar.
Sedangkan tahap ketiga tahun 2015 terdiri dari pekerjaan elektrikal mekanikal, Arsitektur, interior dan finishing dengan anggaran Rp 70,9 miliar, pekerjaan area parkir dan GSE anggaran Rp27 miliar, pekerjaan garbarata dua unit Rp15 miliar.
Jika sebelumnya luas bangunan terminal hanya 1.700 meter persegi, maka untuk terminal yang baru luas bangunannya sekitar 12 ribu meter persegi.
Bila bandara baru ini beroperasi, dipastikan frekuensi penerbangan dari dan ke bandara Djalaludin bertambah dari jumlah saat ini yang baru mencapai 14 kali penerbangan setiap hari. (Antara)