Suara.com - Pada Senin (7/3/2016), Presiden Republik Indonesia Joko Widodo,melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Sudan, Omar Al-Bashir, di sela sela KTT LB ke-5 OKI mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, di Jakarta. Pada pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga mendampingi Presiden Jokowi.
Ini merupakan kunjungan pertama Presiden Sudan ke Indonesia, sejak dilantik kembali sebagai Presiden pada Juni 2015.
Dalam pertemuan ini, kedua Negara membahas dukungan dan solidaritas kedua negara terhadap Palestina. "Selain itu, kami juga membahas peranan lebih besar Negara Negara Islam dalam proses perdamaian Palestina-Israel," kata Jokowi dalam keterangan pers, Senin (7/3/2016).
Namun Jokowi mengakui pemerintah kedua negara juga membahas peningkatan hubungan ekonomi Indonesia dengan Sudan. Termasuk dengan pembentukan Joint Business Council. "Ditambah dukungan Pemerintah Sudan terhadap investor Indonesia di Sudan," ujar Jokowi.
Tahun lalu nilai perdagangan Indonesia dengan Sudan mencapai 78,2 juta Dolar Amerika Serikat (AS) dimana Indonesia surplus 77,5 juta Dolar AS. Sementara tahun 2014, nilai perdagangan Indonesia dengan Sudan mencapai 75,1 juta Dolar AS dimana Indonesia surplus 73,6 juta Dolar AS.
Produk ekspor unggulan Indonesia di Sudan meliputi pakaian jadi, alas kaki, tas, perlengkapan olahraga, kertas, alat tulis, makanan, minuman, furnitur, komponen kendaraan, bahan bangunan, kosmetik, glycerin, dan peralatan rumah tangga. Sementara di bidang investasi, terdapat pabrik mie instan di kawasan industri, Khartoum, hasil kerja sama salah satu perusaah Indonesia dengan investor asal Arab Saudi dan Sudan.
"Peningkatan kerja sama ekonomi melalui pembentukan Indonesian-Sudan Business Association," tutup Jokowi.