Suara.com - Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta suku bunga kredit perbankan yang lebih berdaya saing dibanding negara-negara tetangga lainnya.
"Tentu yang selalu saya sampaikan saat pertemuan dengan dewan gubernur (Bank Indonesia), salah satu yang diinginkan pengusaha adalah bunga bank yang bersaing," kata Saleh usai bertemu Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Menurut dia, dunia usaha masih mengeluhkan bunga bank yang cukup tinggi di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam.
Kendati enggan menyebutkan tingkat bunga bank yang diharapkan pelaku usaha, Menteri Perindustrian menyampaikan hanya ingin angkanya tidak terlampau jauh dengan negara-negara tersebut.
"Paling tidak bersaing lah. Pokoknya jangan terlalu jauh dari negara tetangga kita. Sehingga orang tidak mencari pinjaman ke luar negeri, apalagi usaha kecil," katanya.
Namun, dalam kesempatan tersebut, Saleh mengapresiasi Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate ke level 7 persen pada awal 2016.
Sementara itu, dengan turunnya BI Rate, Agus Martowardojo berharap agar perbankan segera menghitung biaya dana atau cost of fund untuk melakukan penyesuaian.
"Tetapi, kami mengerti kalau misalnya BI menyesuaikan dengan BI Rate itu kan mungkin depositonya jatuh waktu tiga bulan lagi ada yang satu bulan lagi, jadi mereka perlu waktu," ujarnya.
Mantan Menteri Keuangan tersebut menambahkan, jika melihat The Fed yang menaikkan suku bunga disusul adanya stabilitas di ekonomi dunia, maka akan ada peluang untuk melakukan penyesuaian bunga kredit tersebut.
"Kami hanya melakukan itu setelah melihat data, jadi kami mengkaji data baru kami respons," ujar Gubernur BI.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2015, rata-rata suku bunga kredit perbankan untuk kredit modal kerja sebesar 12,48 persen, kredit investasi sebesar 12,12 persen, kredit konsumsi sebesar 13,88 persen. Sementara untuk kredit usaha berorientasi eskpor rata-rata sebesar 11,09 persen, dan kredit usaha impor rata-rata 11,41 persen. (Antara)