BI: Inflasi Jakarta pada Februari Sentuh Titik Terendah

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 01 Maret 2016 | 22:33 WIB
BI: Inflasi Jakarta pada Februari Sentuh Titik Terendah
Aktivitas perdagangan di Pasar Senen, Jakarta Pusat (Suara.com/Kurniawan Mas'ud).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indeks Harga Konsumen di DKI Jakarta pada Februari 2016 menunjukkan laju inflasi terendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir, namun inflasi inti terutama tekanan harga dari kelompok sandang masih membayangi.

BI Perwakilan DKI Jakarta, dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa menyatakan capaian deflasi 0,06 persen pada Pebruari 2016 disebabkan turunnya harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) dan semakin terjaganya pasokan harga bahan makanan bergejolak (volatile food).

Deflasi 0,06 persen itu lebih rendah dari rata-rata data historis Februari lima tahun terakhir yang mengalami inflasi sebesar 0,35 persen (mtm).

"Dari harga barang bergejolak (volatile food), manajemen stok lebih baik sehingga biaya distribusi turun dan pasokan memadai," kata Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta Doni P. Joewono.

Untuk "administired prices", Doni mengatakan penurunan tarif listrik per 1 Februari 2016 pada 12 golongan pelanggan nonsubsidi, mendorong deflasi pada komoditas tarif listrik sebesar 4,68 persen (month to month/mtm).

Kemudian penurunan harga BBM pada 5 Februari 2016 menyebabkan deflasi pada komoditas bensin sebesar 1,29% (mtm).

Namun, perayaan hari Raya Imlek menyebabkan meningkatnya permintaan dan kenaikan harga pada kelompok transportasi. Pemicu dari sektor transportasi menahan laju inflasi untuk lebih rendah lagi.

Sedangkan dari harga bahan makanan bergejolak, Doni mengatakan, daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing mengalami deflasi sebesar 3,73 persen (mtm) dan 2,44 persen (mtm).

Hal serupa juga terjadi pada komoditas beras yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,67 persen. Kemudian, deflasi juga disumbangkan subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 6,34 persen (mtm) akibat panen di daerah sentra.

Dari sisi kelompok inti yang masih mengalami inflasi, bersumber dari kelompok sandang dengan inflasi 1,18% (mtm). Inflasi dari sandang itu didorong oleh kenaikan indeks harga emas perhiasan sebesar 4,72 persen.

"Kenaikan harga emas perhiasan itu karena tren kenaikan harga emas dunia meningkatnya permintaan seiring dengan Imlek," kata dia.

Walau demikian, menurut Doni, inflasi inti pada Februari 2016 relatif terjaga. Pemicunya adalah nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat. Di sisi lain, inflasi yang terjaga ini juga tidak lepas dari daya beli masyarakat yang masih rendah.

Untuk Maret 2016, BI DKI memprediksi inflasi masih akan rendah. Pemicu utamanya adalah penurunan kembali tarif listrik pada 12 golongan nonsubsidi serta penurunan harga bensin jenis pertamax dan pertalite per 1 Maret 2016.

"Selain itu komitmen BUMD untuk dapat menjaga stabilitas harga pangan, antara lain daging sapi di kisaran Rp90.000 - Rp100.000 menambah keyakinan inflasi pada bulan mendatang akan tetap terjaga," kata Doni.

Namun, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih akan muncul dari beberapa komoditas pangan terutama bumbu-bumbuan seperti cabe merah besar dan cabe merah keriting, karena meningkatnya intensitas hujan. Hal ini terindikasi dari perkembangan harga komoditas tersebut pada minggu ketiga dan keempat Februari 2016 yang mulai meningkat. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI