Wapres JK: Deflasi Berbahaya Bagi Ekonomi

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 01 Maret 2016 | 20:31 WIB
Wapres JK: Deflasi Berbahaya Bagi Ekonomi
Wakil Presiden Jusuf kalla. [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat bahwa lebih baik inflasi sedikit daripada deflasi dalam upaya menjaga stabilitas perekonomian nasional.

"Kalau deflasi itu kan artinya terjadi penurunan harga antara lain disebabkan karena penurunan permintaan. Jadi deflasi tidak selalu baik," katanya di Kantor Wapres RI di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Pernyataan Kalla tersebut untuk menanggapi deflasi nasional pada Februari 2016 sebesar 0,09 persen.

"Deflasi selama dua-tiga bulan berbahaya. Lebih baik inflasi sedikit, tapi jangan deflasi terus menerus. Kalau terjadi deflasi dalam waktu dua-tiga bulan, itu artinya terjadi pelemahan ekonomi," ujarnya memaparkan.

Menurut Kalla, deflasi tidak harus dikaitkan dengan kebijakan impor pangan. "Justru yang paling penting tujuan kita adalah meningkatkan seluruh produksi dalam negeri, pangan, beras, padi, jagung, atau daging," katanya.

Wapres melihat deflasi bulan lalu lebih karena para petani di daerah-daerah sudah mulai memanen hasil tanamnya. Tentu saja, lanjut dia, hal itu memicu terjadinya penurunan harga kebutuhan pokok.

Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan harga bahan makanan yang relatif terkendali menjadi penyebab terjadinya deflasi pada Februari 2016 sebesar 0,09 persen.

"Harga cukup terkendali pada Februari, terutama pada bahan makanan," katanya.

Dengan demikian, inflasi tahun kalender Januari-Februari 2016 tercatat 0,42 persen dan inflasi tahunan (year on year) mencapai 4,42 persen.

Sementara, inflasi komponen inti pada Februari tercatat 0,31 persen dan inflasi inti tahunan (year on year) 3,59 persen.

Suryamin mengatakan kelompok bahan makanan menyumbang deflasi pada Februari sebesar 0,58 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,45 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,15 persen.

"Selain bahan makanan, deflasi juga terjadi karena pengaruh penurunan harga tarif listrik dan bensin," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI