Suara.com - Para bankir bank sentral Australia telah mempertahankan sikap optimis mereka terhadap perekonomian lokal meskipun pasar keuangan bergejolak. Ini terlihat dari keputusan mereka mempertahankan suku bunga utama (official cash rate) di rekor terendah dua persen untuk bulan ke-11 berturut-turut.
Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Glenn Stevens, dalam sebuah pernyataannya pada Selasa (1/3/2016) yang sebagian besar tidak berubah dari pertemuan kebijakan 2 Februari, mengatakan ada prospek yang wajar untuk pertumbuhan dalam ekonomi Australia, sekalipun inflasi rendah tetapi "dekat dengan target." "Oleh karena itu dewan memutuskan bahwa pengaturan kebijakan moneter saat ini tetap tepat," kata Stevens. Dewan dipertahankan pelonggaran bias bersyaratnya "yang akan sesuai untuk memberikan dukungan terhadap permintaan" jika inflasi tetap rendah.
Namun kepala ekonom Commonwealth Bank of Australia Michael Blythe mengatakan, ada berbagai pengaruh yang menunjukkan rintangan bagi RBA menurunkan suku bunga masih cukup tinggi.
"Pandangan bank tentang ekonomi global tidak diturunkan, bank mengkarakterisasi volatilitas pasar keuangan tidak berubah dan bank masih melihat penguatan ekonomi non-pertambangan serta kondisi pasar tenaga kerja membaik," kata Blythe dalam catatan penelitian.
Pertumbuhan ekonomi global terjadi pada "kecepatan yang sedikit lebih rendah dari yang diharapkan" dan pasar keuangan baru-baru ini memamerkan "volatilitas tinggi" dengan selera risiko berkurang dari "pengaturan kebijakan yang berbesa di antara yurisdiksi utama," kata Stevens.
Pasar uang akan terus mempertimbangkan peluang penurunan suku bunga, lindung nilai terhadap pelonggaran bias, namun RBA memiliki preferensi yang jelas untuk stimulus tambahan melalui belanja dolar dan belanja infrastruktur Australia rendah.
Blythe mengatakan ada juga kekhawatiran tentang "ketidakseimbangan dari periode pengaturan kebijakan ekstrim" dan pertanyaan apakah penurunan suku bunga bekerja dari tingkat rendah.
"Rumah tangga sekarang khawatir bahwa penurunan suku bunga dari rekor terendah adalah indikator memburuknya prospek ekonomi," kata Blythe, menambahkan RBA telah secara eksplisit menyatakan penurunan suku bunga juga tidak membantu belanja modal.
"Perusahaan menggunakan diskon suku bunga yang tinggi dan lengket untuk mengevaluasi peluang belanja modal. Dan ada risiko bahwa para pemegang saham menanggapi penurunan suku bunga dengan meminta dividen lebih tinggi yang perusahaan-perusahaan bayar dengan memotong belanja modal," tutup Blythe. (Antara)