Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu sore (24/2/2016) bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp13.399 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.427 per dolar AS.
"Faktor pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia masih terasa dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah, tren mata uang domestik cenderung membaik. Dengan suku bunga rendah maka kemampuan konsumsi masyarakat akan meningkat yang akhirnya kegiatan usaha akan naik, sentimen itu yang menjaga rupiah," ujar analis LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa respon Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terhadap revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang memberikan keleluasaaan investasi bagi investor asing menambah sentimen positif bagi mata uang rupiah.
"Keleluasaan bagi pemodal asing untuk berinvestasi di dalam negeri menjadi potret bahwa pemerintah komitmen mendorong pertumbuhan ekonomi. BKPM memberikan fasilitas kemudahan izin investasi yang diharapkan dapat mendorong ekonomi domestik," katanya.
Menurut dia, sentimen domestik itu yang akan menjaga laju nilai tukar rupiah bergerak dalam tren penguatan terhadap dolar AS dalam jangka pendek-menengah ini.
Di sisi lain, lanjut Lucky Bayu Purnomo, bank sentral Amerika Serikat yang belum berencana untuk mengubah suku bunga acuan (Fed fund rate) menambah faktor positif bagi mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa fluktuasi harga minyak mentah yang di level rendah masih membatasi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Sebagian investor masih khawatir terhadap mata uang komoditas, belum stabilnya harga minyak masih membayangi laju mata uang rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.446 dibandingkan Selasa (23/2) Rp13.397. (Antara)