Hilirisasi Industri Berbasis Mineral Logam Jadi Prioritas

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 19 Februari 2016 | 10:17 WIB
Hilirisasi Industri Berbasis Mineral Logam Jadi Prioritas
embaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Diperkirakan kebutuhan crude steel pada tahun 2025 mencapai 20 juta ton. Sedangkan, total Investasi yang dibutuhkan sampai tahun 2025 guna membangun fasilitas smelter industri besi baja dengan total kapasitas 14 juta ton adalah USD 14 miliar,” paparnya.

Sementara itu, total kebutuhan energi sampai tahun 2025 guna membangun fasilitas smelter industri besi baja dengan total kapasitas 14 juta ton adalah sebesar 1.174 MW. “Untuk memenuhi demand produk besi baja dari tahun 2013 sampai tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri, diperkirakan membutuhkan bahan baku bijih besi sebesar 250 juta ton dan pasir besi sebesar 110 juta ton,” ujar Putu.

Kedua, kebutuhan tembaga sampai tahun 2025 diperkirakan sebesar 1,37 juta ton. Sementara itu, tahun 2013 produksi dalam negeri mencapai 0,18 juta ton sehingga dalam 12 tahun diperlukan tambahan 1,19 juta ton.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan demand produk tembaga (katoda tembaga) tahun 2013-2025, perlu mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri berupa bijih tembaga sebesar 202 juta ton. “Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan energi tersebut, pembangunan smelter tembaga dengan kapasitas total 1,5 juta ton pada tahun 2025 maka dibutuhkan kepastian supply energi setara energi listrik sebesar 475 Mega Watt,” paparnya.

Ketiga, produksi aluminium dalam negeri pada tahun 2013 sebesar 0,25 juta ton, sedangkan kebutuhan hingga tahun 2025 diperkirakan mencapai 2,73 juta ton sehingga dibutuhkan tambahan produksi sebesar 2,5 juta dalam jangka waktu 12 tahun.

Pada tahun 2016, terdapat penambahan fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina dari PT. Harvest sebesar 1 juta ton dan PT. Antam sebesar 1,2 juta ton, termasuk dengan target pada tahun 2018 yang diharapkan sudah mendirikan smelter untuk mengolah alumina tersebut untuk menghasilkan aluminium ingot sebesar 1,1 juta ton. Di samping itu, hingga tahun 2017 terdapat tambahan kapasitas produksi 0,15 juta ton dari PT. Inalum.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan demand produk aluminium (al ingot) dari tahun 2013-2025, perlu mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri berupa bauksit sebesar 74,4 juta ton. Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan energi atas pembangunan smelter dengan kapasitas total 3,5 juta ton pada tahun 2025, dibutuhkan kepastian supply energi listrik sebesar 11.200 Mega Watt dengan asumsi untuk menghasilkan 1000 ton al ingot membutuhkan 3 MW dan 1000 ton alumina membutuhkan 0,32 MW.

Dan, keempat, produksi nikel dalam ferronickel pada tahun 2013 sebesar 180 ribu ton dan diperkirakan kebutuhan stainless steel pada tahun 2025 akan mencapai 400 ribu ton. “Untuk memenuhi demand tahun 2025 tersebut, diperlukan tambahan pembangunan smelter,” ujarnya.

Adapun PT Antam akan membangun pabrik stainless steel pada tahun 2020 dengan kapasitas 600 ribu ton. Di samping itu, terdapat investasi yang akan membangun smelter ferronickel meliputi PT. Bumi Makmur Selaras, PT. Feni Haltim, PT.Antam, PT. Weda Bay Nickel dan PT. Multi Baja Selaras dengan kapasitas total sebesar 1,3 juta ton dandiproyeksikan adanya investasi lain sebesar 200 ribu ton sampai tahun 2025.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan demand produk stainless steel dari tahun 2013-2025, perlu mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri berupa  bijih nikel sebesar 80 juta ton. Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan energi atas pembangunan smelter ferronickel dan pabrik stainless steel pada tahun 2025, dibutuhkan kepastian supply energi setara energi listrik sebesar 1.020 MW.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI