OECD Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi di 2016 Jadi 3 Persen

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 19 Februari 2016 | 09:39 WIB
OECD Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi di 2016 Jadi 3 Persen
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com -  Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada Kamis (18/2/2016) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk 2016 menjadi 3,0 persen dari 3,3 persen, karena data mengecewakan, permintaan lamban, investasi lemah dan risiko tinggi ketidakstabilan keuangan.

"Risiko ketidakstabilan keuangan cukup besar," OECD yang beranggotakan 34 negara mengatakan dalam prospek interim terbarunya, mendesak respon kolektif yang kuat untuk memerangi pelambatan pertumbuhan global, yang ia prediksi tidak akan melampaui 2015 yang sudah menunjukkan pucat pasi.

Lembaga yang berbasis di Paris itu memangkas prospek untuk tahun ini, karena pertumbuhan melambat di banyak negara-negara berkembang dan negara maju hanya diperkirakan mencapai pemulihan moderat setelah pada 2015 melihat pertumbuhan paling lambat dalam lima tahun.

Dalam prospek November, OECD telah menurunkan estimasi awalnya untuk 2016, mengutip stagnasi perdagangan di tengah pelambatan di Cina.

Tapi mengatakan, pihaknya merasa terdorong untuk membuat revisi turun lebih lanjut untuk tahun ini sementara juga merevisi turun proyeksi pendahuluan November untuk 2017 menjadi 3,3 persen dari 3,6 persen.

"Respon kebijakan kolektif lebih kuat diperlukan untuk memperkuat permintaan," kata organisasi, mencatat kebijakan fiskal "kontraktif" di banyak ekonomi besar di tengah pelambatan reformasi struktural.

Organisasi mengidentifikasi lebih lanjut risiko-risiko, karena volatilitas mata uang dan utang negara-negara berkembang, terutama di Rusia, Turki dan Brazil.

Hal itu menambah prospek pertumbuhan kian buruk yang menekan harga-harga ekuitas, membantu memicu volatilitas pasar yang terlihat dalam beberapa pekan terakhir.

"Momentum reformasi struktural telah melambat," tambah OECD, mengidentifikasi kombinasi negatif yang mempengaruhi prospek global, karena harga bahan bakar dan komoditas dalam sebuah palung di tengah permintaan yang lesu, sementara Cina tetap terjebak "di gigi tiga".

"Kebijakan moneter tidak bisa bekerja sendiri" untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, OECD memperingatkan, karenanya organisasi memproyeksikan tingkat pertumbuhan "terendah dalam lima tahun terakhir dan jauh di bawah rata-rata jangka panjang." OECD mengatakan bahwa pertumbuhan relatif sehat di negara-negara berkembang di tahun-tahun sebelumnya sebagian mengompensasi pelambatan di negara-negara maju, saat ini tidak ada lagi.

"Pertumbuhan PDB global diproyeksikan tidak lebih tinggi dari 2015, pada kecepatan terendahnya dalam lima tahun terakhir," lembaga itu menyimpulkan.

Pada basis negara ke negara, OECD melihat pelemahan secara menyeluruh. Ia mengurangi perkiraan untuk Amerika Serikat sebesar 0,5 persen menjadi 2,0 persen. Untuk lokomotif ekonomi Uni Eropa, Jerman, pertumbuhannya dipangkas sebesar 0,5 persen menjadi 1,3 persen, dibandingkan dengan perkiraan pemerintah Jerman 1,7 persen.

Pemangkasan untuk Prancis lebih kecil hanya 0,1 persen menjadi 1,2 persen -- pemerintah Paris saat ini memperkirakan 1,5 persen.

Perkiraan untuk Cina tetap tidak berubah pada penilaian November di 6,5 persen, sementara India menikmati revisi kenaikan kecil 0,1 persen menjadi 7,4 persen.

Tetapi Brazil, terjun bebas setelah terpukul parah kejatuhan harga komoditas dan penurunan permintaan Tiongkok, diturunkan 2,8 persen menjadi kontraksi 4,0 persen. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI