BI: Penurunan BI Rate dan GWM Untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 18 Februari 2016 | 16:43 WIB
BI: Penurunan BI Rate dan GWM Untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (tengah) [Antara/Wahyu Putro].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 dan 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 7 persen. Sedangkan  suku bunga Deposit Facility dtitetapkan menjadi sebesar 5 persen dan Lending Facility menjadi sebesar 7,5 persen.

Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah sebesar 1 persen, dari 7,5 persen ke level 6,5 persen, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016.

Usai RDG, Gubernur BI Agus Martowardojo di mengatakan, keputusan tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam Rupiah tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung," katanya saat jumpa pers.

Agus menuturkan, penurunan GWM primer dapat menambah likuiditas perbankan hingga Rp34 triliun dan diharapkan dapat membantu perbankan dalam penyaluran kredit.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, terdapat tiga alasan bank sentral melakukan pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga yang diperkuat dengan penurunan GWM.

"Pertama, pelonggaran moneter ini untuk menjaga likuiditas ekonomi cukup untuk mendorong pertumbuhan kredit, yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut," ujar Perry.

Selain itu, lanjut Perry, dengan kombinasi penurunan BI rate dan GWM, maka transmisinya ke ekonomi akan lebih kuat dan cepat.

"Kalau suku bunga saja, butuh waktu. Dengan GWM, transmisi kebijakan moneter akan lebih cepat," kata Perry.

Ia menambahkan, pelonggaran moneter kali ini merupakan bagian dari kebijakan secara bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas.

Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI