Suara.com - Asosiasi Produsen Benih Hortikultura Indonesia (Hortindo) menyatakan fenomena kemarau panjang (El Nino) yang terjadi sepanjang tahun 2015 telah memukul sektor industri perbenihan hortikultura dan mengakibatkan capaian produksi pangan khususnya sayuran di sejumlah lumbung pangan nasional menurun.
"Hal ini antara lain ditunjukkan dari menurunnya pangsa pasar benih hortikultura sekitar 5 persen," kata Ketua Umum Hortindo, Afrizal Gindow di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Menurut dia petani memilih tidak menanam sayuran akibat musim kering yang berkepanjangan sepanjang tahun lalu. Akibatnya perusahaan yang memproduksi dan menjual benih hibrida sangat kesulitan untuk melanjutkan usahanya.
Sementara di sisi lain, produksi benih pada 2015 justru terjadi peningkatan antara 30 persen sampai 35 persen jika dibandingkan dengan produksi benih di 2014. Hal ini membuat stok benih menjadi berlebih dan tidak terserap pasar.
"Karena itu kami berharap tahun 2016 ini pangsa pasar benih hortikultura dapat meningkat 5-7 persen," kata Afrizal.
Menurut Afrizal penggunaan benih hibrida sangat penting untuk petani. Selain dapat meningkatkan produktivitas, penggunaan benih hibrida sekaligus dapat mengurangi biaya produksi karena benih yang ditanam tahan terhadap serangan penyakit. Kualitas produk yang dihasilkan petani juga akan mampu bersaing dengan kualitas produk hortikultura khususnya sayuran petani dari negara lain.
Afrizal mencontohkan produk hortikultura yakni labu madu yang saat ini benihnya sudah diproduksi oleh salah satu anggota Hortindo sehingga dapat ditanam oleh petani di Indonesia. Selama ini labu yang diyakini memiliki manfaat tinggi bagi penderita diabetes tersebut banyak diimpor dari sejumlah negara dengan harga yang sangat tinggi.
"Biaya yang dikeluarkan petani untuk menggunakan benih hibrida yang berkualitas tidak lebih dari 3 persen dari total biaya produksi. Jika dibadingkan dengan hasil yang didapatkan petani, maka penggunaan benih hibrida sangat menguntungkan bagi petani," tutur Afrizal.
Jika dilihat dari sisi pasar produk hortikultura sendiri, permintaan pasar di Indonesia masih sangat tinggi. Selain jumlah penduduk yang besar, penduduk kelas menengah yang saat ini mencapai 56,5 persen dari total penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250 juta jiwa juga mendorong peningkatan permintaan terhadap produk hortikultura berkualitas.
Afrizal mengingatkan, tingginya permintaan produk hortikultura tersebut jika tidak diantisipasi akan membuat nilai impor komoditi ini akan semakin besar. Salah satu penyebab kalahnya produk hortikultura Indonesia dibandingkan dengan produk impor adalah akses terhadap benih unggul berkualitas.
Penyebab lain adalah minimnya lahan produksi hortikultura khususnya sayuran. Dari tahun ke tahun Indonesia masih terkendala masalah luas lahan pertanian sayuran yang jauh tertinggal dari sejumlah negara lain, ujar dia. (Antara)