Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi (17/2/2016) bergerak melemah sebesar 102 poin menjadi Rp13.496 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.394 per dolar AS.
"Tren penurunan harga minyak mentah dunia masih memberikan momentum pada mata uang dolar AS untuk kembali bergerak menguat terhadap rupiah," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta di Jakarta, Rabu (17/2/2016).
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS terhadap rupiah itu cenderung terbatas di tengah sentimen positif dari dalam negeri cenderung masih menjaga sehingga pelemahan mata uang domestik juga relatif paling minim dibandingkan kurs lain di Asia.
"Harapan pemangkasan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) serta Giro Wajib Minimum (GWM) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dimulai hari ini (Rabu, 17/2) hingga besok (Kamis, 18/2) semakin membesar, harapan pemangkasan yang lebih agresif sebanyak 50 basis poin juga mulai muncul di pasar,' katanya.
Ia mengemukakan pemangkasan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia akan memperbaiki prospek pertumbuhan ekonomi domestik sehingga pada akhirnya akan mendorong penguatan mata uang rupiah ke depannya lebih tinggi.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan mata uang dolar AS secara umum masih diburu pelaku pasar uang global, sentimen di negara berkembang belum sepenuhnya di tengah masih melambatnya perekonomian global.
"Diharapkan, kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah serta kebijakan Bank Indonesia mengenai besaran BI rate sesuai dengan harapan pelaku pasar keuangan sehingga dapat menjaga stabilitas keuangan," katanya. (Antara)