Banyak Developer di Indonesia diduga Tak Punya Modal Mumpuni

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 15 Februari 2016 | 11:38 WIB
Banyak Developer di Indonesia diduga Tak Punya Modal Mumpuni
Pembangunan perumahan sederhana di Citayam, Bogor, Jawa Barat [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Revrisond Baswir menyebut banyak pengembang perumahan (developer) yang memulai usaha tanpa modal mencukupi. Selain itu, pinjaman kredit dari para developer terhadap perbankan untuk membangun perumahan jumlahnya tidak besar.

"Pinjaman kredit terhadap perbankan biaya lebih besar karena ada selisih bunga yang harus dibayar. Ini memperbesar biaya yang harus dikeluarkan oleh para developer," kata Revrisond saat dihubungi oleh Suara.com, Senin (15/2/2016).

Akibatnya banyak developer lebih suka menggunakan dana sendiri ketimbang menggunakan kredit perbankan. Sayangnya, banyak developer di Indonesia tidak memimiliki modal yang mumpuni saat memulai usaha. "Akibatnya banyak developer yang mengandalkan perputaran uang masuk dari para konsumen pembeli rumah," ujar pria yang juga menjabat sebagai Komisaris Bank Negara Indonesia (BNI) tersebut.

Situasi inilah yang memberikan ruang besar bagi para spekulan untuk bermain. Sehingga banyak terjadi peristiwa perumahan baru yang baru saja dibangun sudah banyak yang dipesan. "Tapi yang memesan dan membayar uang muka tidak untuk rumah 1 unit. Bisa untuk banyak rumah sekaligus, bahkan ada juga yang langsung pesan 1 blok," tutup Revrisond.

Mengacu data Survey Harga Properti Residensial Kuartal IV 2015 yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial. Sebanyak 61,52 persen pengembang memilih menggunakan dana internal perusahaan untuk membangun perumahan. Hanya 28,66 persen yang memilih menggunakan pinjaman kredit dari industri perbankan. 

Sisanya dari nasabah sebanyak 7,31 persen, lainnya 1,71 persen dan terakhir pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) sebanyak 0,80 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI