Suara.com - Pengamat properti Panangian Simanungkalit meyakini penjualan rumah di Indonesia tahun ini akan membaik dibanding tahun lalu. Sebab tahun ini ada potensi suku bunga perbankan dibanding tahun lalu.
"Semua itu kuncinya sebetulnya di suku bunga. Januari lalu Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate). Ini menjadi sinyal adanya potensi penurunan suku bunga perbankan, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR)," kata Panangian saat dihubungi Suara.com, Sabtu (13/2/2016).
Ia mengakui penjualan rumah tahun lalu mengalami siklus yang suram. Siklus penjualan rumah mengalami booming pada tahun 2013. Namun sejak 2014 terus merosot dan tahun lalu memang puncaknya. "Itu normal-normal saja, bukan masalah besar," ujar Panangian.
Namun tingginya suku bunga perbankan tahun lalu akibat tingginya BI Rate diakui memukul industri properti. Akibat bunga kredit perbankan yang tinggi, ekspansi bisnis di berbagai sektor terhambat dan pertumbuhan ekonomi melambat. Padahal jika ekspansi dunia usaha bagus, penyerapan tenaga kerja akan bertambah dan daya beli masyarakat meninggat. Ini akan meningkatkan permintaan akan rumah.
"Jadi memang efeknya berantai. Nah tahun ini dengan potensi bunga kredit perbankan menurun, ekspansi dunia usaha akan membaik dan pada gilirannya akan meningkatkan permintaan rumah," tutup Panangian.
Mengacu pada data Survey Harga Properti Residensial Kuartal IV 2015 yang diterbitkan BI, pertumbuhan penjualan rumah berbagai tipe mengalami perlambatan dari 7,66 persen di Kuartal III 2015 menjadi 6,02 persen di Kuartal IV 2015. Perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe besar. Perlambatan penjualan rumah diduga karena kondisi perekonomian yang melambat sehingga berpengaruh terhadap penurunan permintaan properti residensial.
Berdasarkan lokasi, perlambatan pertumbuhan penjualan rumah terutama terjadi di Manado, Denpasar, Batam, dan Surabaya.