Pengendalian Inflasi Butuh Perbaikan Sistem Logistik Nasional

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 13 Februari 2016 | 12:18 WIB
Pengendalian Inflasi Butuh Perbaikan Sistem Logistik Nasional
Buruh mengangkut sejumlah bahan logistik ke atas perahu di Pelabuhan Wisata Bahari Manado, Sulawesi Utara, Jumat (23/1). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai perbaikan sistem logistik di Tanah Air khususnya untuk bahan pangan strategis, dapat membantu bank sentral dalam mengendalikan laju inflasi.

"Ketika inflasi rendah, kita ingin ini terjaga ke depan. Di 2016 ada risiko tekanan inflasi khususnya dari harga pangan yang tipenya bergejolak atau volatile food," ujar Agus usai rakor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat malam (12/2/2016).

Sepanjang 2015 lalu, laju inflasi mencapai 3,35 persen, di batas bawah target inflasi bank sentral 3-5 persen.

Agus mencontohkan, fenomena El Nino yang terjadi pada tahun lalu mempengaruhi masa tanam dan masa panen sejumlah tanaman pangan dan kemudian juga sempat mengerek inflasi.

"Semester kedua 2016 akan ada La Nina yaitu kondisi basah yang lama. Akibatnya hortikultura itu bisa banyak yang mengalami kesulitan dan akhirnya bisa berikan tekanan terhadap harga," kata Agus.

Menurut Agus, untuk bisa mencapai ketahanan pangan, perbaikan infrastruktur pertanian dan infrastruktur terkait logistik menjadi suatu keharusan.

Di NTT sendiri akan ada 7 waduk yang dibangun untuk mendukung kapasitas produksi pertanian yaitu Raknamo, Rotiklot, Kolhua, Temef, Mbay, Napunggate, Manikin. Di NTB ada 5 waduk (Nila, Tanju, Bintang Bano, Rababaka, Mujur), dan di Bali ada 2 waduk (Telagawaja, Sidan). Waduk-waduk tersebut akan didukung oleh pembangunan irigasi teknis.

"Tapi kalau itu (waduk) sudah dibangun, harus diyakini irigasi harus jalan. Karena jaringan irigasi ini yang memungkinkan air sampai ke sawah-sawah dan bisa menjaga produktivitas pertanian," ujar Agus.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari 2016 terjadi inflasi sebesar 0,51 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 123,62. Dari 82 kota IHK, 75 kota mengalami inflasi dan 7 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,82 persen dengan IHK 125,64 dan terendah terjadi di Padang 0,02 persen dengan IHK 127,12. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo 0,58 persen dengan IHK 119,52 dan terendah terjadi di Tanjung Pandan 0,02 persen dengan IHK 127,91.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,20 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,51 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,53 persen; kelompok sandang 0,26 persen; kelompok kesehatan 0,36 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,15 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 1,11 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2016 sebesar 0,51 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2016 terhadap Januari 2015) sebesar 4,14 persen. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI