Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat sore (12/2/2016) bergerak menguat sebesar 23 poin menjadi Rp13.440 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.463 per dolar AS.
"Dolar AS masih tertekan, menyusul pandangan bank sentral AS (The Fed) yang pesimistis terhadap prospek perekonomian di Amerika Serikat serta perekonomian global," kata Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina di Jakarta, Jumat (12/2/2016).
Ia mengemukakan pernyataan Gubernur The Fed itu memicu spekulasi di pasar bahwa kebijakan kenaikan tingkat suku bunga AS (Fed fund rate) cenderung memudar, bahkan mengarah negatif.
"The Fed menyadari adanya risiko gejolak keuangan pada pemulihan ekonomi AS," ucapnya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga sedang menanti rilis laporan penjualan ritel bulan Januari serta hasil survei sentimen konsumen Amerika Serikat. Di tengah penantian itu, investor pasar uang cenderung mengambil posisi di aset mata uang berisiko.
"Namun, jika hasil rilis itu menunjukan perbaikan maka dolar AS berpotensi membuka ruang penguatan," ujarnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa pelemahan dolar AS masih terlihat terhadap mayoritas kurs di Asia, termasuk rupiah.
"Dalam jangka menengah, ruang penguatan rupiah masih ada seiring dengan fundamental perekonomian domestik yang membaik. Kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) juga terus meningkat," tuturnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (12/2/2016) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.471 dibandingkan hari sebelumnya (11/2/2016) Rp13.369. (Antara)