Suara.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo meninjau pelabuhan Tenau Kupang Kupang yang masuk dalam jalur dari program Tol Laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
"Ternyata Kupang punya crane ya, dan pelabuhannya sangat luas," katanya saat meninjau pelabuhan Tenau Kupang, Kamis (11/2/2016).
Ia mengaku kaget karena pelabuhan Kupang berkembang dengan sangat baik yang tentunya dapat membantu meningkatkan perekonomian tidak hanya wilayah NTT tetapi juga seluruh Indonesia.
Dalam kunjungannya yang didampingi oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya tersebut, Gubernur BI mengharapkan agar pelabuhan Tenau tersebut dapat terus berkembang kedepannya, mengingat berbatasan dengan Timor Leste dan Australia.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mendongkrak perekonomian di NTT, PT. Semen Kupang dan Pelabuhan Tenau mempunyai peranan yang penting agar bisa berjalan dengan baik.
"Tetapi yang saya dengar listrik di Kupang ini lagi bermasalah, bagaiman pihak pelabuhan bisa terus bekerja," tanyanya kepada pihak Pelindo III Kupang.
Menanggapi pertanyaan tersebut General Maneger PT. Pelindo III (Persero) Kupang Denny L. Wuwungan mengatakan, saat ini proses bongkar buat yang dilakukan di pelabuhan Tenau dilakukan 24 jam penuh setiap harinya.
"Kalau untuk masalah listrik, kita punya diesel sendiri yang dapat terus digunakan kalau listrik di Kupang bermasalah," kata Denny saat menerima kunjungan Gubernur BI tersebut.
Ia mengatakan, kekuatan mesin diesel yang dipakai berkekuatan 250 kilometer volt ampere (KVA) yang bertujuan untuk membantu proses bongkar muat pelabuhan.
Pantauan di lapangan, sebelumnya meninjau lokasi pelabuhan Tenau, Gubernur BI bersama Gubernur NTT meninjau PT. Semen Kupang kemudian meninjau karantina sapi di Kupang baru kemudian menuju Pelabuhan Tenau.
Kedatangan Gubernur BI ke Kupang sendiri dijadwalkan menggelar evaluasi ekonomi dan keuangan daerah serta rapat koordinasi serta diskusi publik untuk membahas permasalahan logistik dan kedaulatan pangan nasional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang dibuat oleh Pemerintah, konsep Tol Laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.
Program ini didukung dengan pembangunan 24 pelabuhan strategis pendukung tol laut. Terdiri dari 5 pelabuhan utama yakni Belawan (Medan), Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Bitung (Sulawesi Utara). Ini ditambah 19 pelabuhan feeder antara lain Malahayati di Aceh, Batu Ampar di Batam, Teluk Bayur di Padang, Jambi, Palembang, Panjang di Lampung, Tanjung Emas di Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau di Balikpapan, Palaran di Samarinda, Pantoloan di Sulawesi Tengah, Kendari, Tenau di Kupang, Ternate, Ambon, Sorong dan Jayapura.
Program ini juga dibarengi revitalisasi industri galangan kapal dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan permintaan kapal dalam negeri. Pembangunan tol laut diperkirakan menelan biaya investasi Rp699,99 triliun. (Antara)