Tol Laut Muncul Karena Lingkaran Setan Logistik di Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 09 Februari 2016 | 12:17 WIB
Tol Laut Muncul Karena Lingkaran Setan Logistik di Indonesia
Armada kapal tol laut [Antara/Didik Suhartono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda bekerja sama dengan PPI Delft menyelenggarakan kegiatan Lingkar Inspirasi bertema "Tol Laut: From Conceptual Idea to Practical Implementation" yang diadakan di Belanda.

Ketua PPI Belanda, Ali Abdillah di London, Selasa (9/2/2016), menyebutkan diskusi bertujuan untuk membedah secara lebih mendalam konsep Tol Laut yang merupakan program unggulan Pemerintahan Jokowi.

Dalam diskusi tersebut hadir dua pembicara yang merupakan pelajar Indonesia yang sedang melakukan studi di Belanda yaitu Hafida Fahmiasari, mahasiswa master Transportation, Infrasructure, and Logistic di TU Delft dan Lucky Supriatna, mahasiswa master Coastal Engineering and Port Development di UNESCO-IHE Institute for Water Education.

Di sesi pertama, Hafida mengungkapkan tol Laut sebenarnya bukan merupakan barang baru. Konsep ini merupakan adaptasi dari konsep Pendulum Nusantara digagas Dirut Pelindo II, RJ Lino, tahun 2012.

Dikatakannya latar belakang konsep tol laut adalah karena adanya lingkaran setan logistik di Indonesia. Di satu sisi pengembangan industri masih terpusat di Jawa dan di sisi lain ongkos transportasi logistik antara Barat dan Timur amat mahal.

"Maka muncullah konsep tol laut yang bertujuan memotong ongkos produksi logistik dan memperkecil kesenjangan pembangunan di Indonesia Barat dan Timur," ujar Hafida.

Dalam presentasinya, Hafida menyampaikan hasil studi yang ia lakukan terkait efisiensi jaringan tol laut, konsep tol laut dapat meningkatkan efisiensi sebesar 45 persen dibandingkan dengan jalur transportasi laut yang ada sebelumnya.

Di sesi kedua, Lucky Supriatna yang bekerja di PT. Pelabuhan Indonesia II menyampaikan peran Pelindo sebagai salah satu ujung tombak dalam mengimplementasikan konsep tol laut.

Salah satu proyek besar yang tengah dikerjakan Pelindo II adalah pembuatan jalur angkutan kontainer via sungai, atau inland water way dengan memanfaatkan kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) untuk menghubungkan pelabuhan Tanjung Priok dengan pusat industri Cikarang Bekasi.

Sekitar 50 persen barang yang masuk ke Tanjung Priok berasal dari kawasan industri Jabebeka Cikarang. Melalui jalur sungai CBL nanti, satu kapal kontainer dapat mengangkut muatan yang sama banyaknya dengan 75 gerbong kereta barang atau 120 truk barang.

"Oleh karena itu, selain menekan biaya transportasi, konsep inland water way ini juga dapat membantu mengurai kemacetan lalu lintas sepanjang jalur Cikarang - Tanjung Priok," demikian Lucky. 

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang dibuat oleh Pemerintah, konsep Tol Laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia. 

Program ini didukung dengan pembangunan 24 pelabuhan strategis pendukung tol laut. Terdiri dari 5 pelabuhan utama yakni Belawan (Medan), Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan),  dan Bitung (Sulawesi Utara). Ini ditambah 19 pelabuhan feeder antara lain Malahayati di Aceh, Batu Ampar di Batam, Teluk Bayur di Padang,  Jambi, Palembang, Panjang di Lampung, Tanjung Emas di Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau di Balikpapan, Palaran di Samarinda, Pantoloan di Sulawesi Tengah, Kendari, Tenau di Kupang, Ternate, Ambon, Sorong dan Jayapura.  

Program ini juga dibarengi revitalisasi industri galangan kapal dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan permintaan kapal dalam negeri. Pembangunan tol laut diperkirakan menelan biaya investasi Rp699,99 triliun. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI