Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI) menilai mulai semaraknya masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) bukanlah musibah. Kemunculan PHK justru menjadi peluang baru bagi perkembangan bisnis digital.
Ketua Umum ADEI Bari Arijono menyampaikan target untuk menghasilkan 1 juta pengusaha digital dari berbagai kalangan dalam kurun waktu 3 tahun. Menurutnya, proses PHK yang terjadi sekarang baru memasuki gelombang fase kedua. "Hal ini akan terus terjadi. Oleh karenanya semua industri harus bersiap untuk melakukan inovasi secara revolusioner," kata Bari dalam acara Diskusi Digital bertemakan Dunia Digital Menjawab Tantangan Gelombang PHK di Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Untuk itu ADEI dengan jumlah awal 150 pelaku usaha yang bergerak di bisnis konvensional dan digital, akan secara konkrit menyambut gelombang badai ekonomi, dengan Design Ekonomi Digital ADEI yaitu: PKP (Pendidikan - Kolaborasi - Pasar) meliputi : peningkatan kualitas SDM khususnya pengetahuan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), menciptakan 1 juta digital entrepreneur dengan mengangkat industri UMKM, Koperasi & Industri Kreatif menjadi pemain global, memberikan kemudahan kredit lewat model crowdfunding, yakni mekanisme pendanaan non banking.
"Pendidikan menjadi hal pertama yang akan didorong oleh ADEI karena sumber daya developer IT yang lemah, mengingat 70% penduduk Indonesia hanya lulusan SD. Ini akibat sistem pendidikan Indonesia saat ini yang menjadikan pelajaran TIK hanya sebagai pelajaran tambahan di pendidikan umum Indonesia," ujar Bari.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Nasional (Kadin) Sandiaga Uno menyampaikan bahwa PHK bukanlah sebuah malapetaka. Namun, merupakan peluang untuk masuk dalam kuadran kehidupan yang baru termasuk memasuki dunia ekonomi digital.
Secara global, Sandi menyebutkan bahwa ekonomi kreatif telah menyerap 270 ribu tenaga kerja baru, dan ini berpotensi untuk terus meningkat. Sandi menyebutkan bahwa ekonomi digital telah menggeser penghasilan ranah bisnis hiburan seperti Hollywood yang hanya mampu membukukan penghasilan sekitar 10 Triliun Dollar. Dibandingkan dengan ekonomi digital dengan capaian sebesar 25 Trilun Dollar.
Sandi mengharapkan agar keikutsertaan pemain dunia digital juga dapat menyasar kelompok ekonomi bawa dibidang pertanian, fashion dan pariwisata misalnya. Sandi juga menyampaikan, kecepatan dunia digital dalam mentransformasi peta ekonomi bisnis melampaui kemampuan pemerintah dalam mempersiapkan kerangka kebijakan formal bagi bisnis digital. Sandi mengatakan bahwa ke depannya akan terjadi perubahan model kebijakan, yang justru akan menyerupai ‘wikipedia’. "Dimana, kebijakan dapat terus menyesuaikan dengan dinamika bisnis yang terjadi di pasar, dan masyarakat dapat melakukan koreksi secara langsung terhadap kebijakan," ujar Sandi.