Dihantui Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Dunia Turun Lagi

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 05 Februari 2016 | 05:08 WIB
Dihantui Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Dunia Turun Lagi
Ilustrasi harga minyak dunia [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia turun pada Kamis (Jumat pagi WIB 5/2/2016), akibat kebangkitan kembali kekhawatiran kelebihan pasokan ketika para pedagang mendiskon kemungkinan kesepakatan jangka pendek oleh produsen-produsen minyak utama untuk memangkas produksi mereka.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 56 sen menjadi berakhir di 31,72 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan Eropa, turun 58 sen menjadi menetap pada 34,46 dolar AS per barel di perdagangan London.

Harga minyak telah meningkat tajam pada Rabu (3/2/2016) didorong pelemahan dalam dolar dan spekulasi potensi kesepakatan para produsen utama untuk memangkas produksi mereka.

Pada Kamis (4/2/2016), dolar turun lagi tetapi "secara fundamental gambarannya tetap lemah," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.

"Untuk sebuah reli nyata bertahan, saya pikir kita perlu melihat beberapa jenis perubahan, baik dalam gambaran fundamental atau semacam tanda bahwa beberapa ketakutan tentang kondisi ekonomi pada dasarnya tidak beralasan," kata McGillian.

"Dan sekarang, saya tidak yakin kita melihat salah satu dari mereka." Persediaan minyak komersial AS berada pada tingkat rekor menyusul penambahan besar mengejutkan pada pekan lalu, menurut data Departemen Energi AS yang dirilis Rabu.

Pembicaraan pemotongan produksi terkoordinasi antara Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah memberikan dukungan intermiten terhadap minyak selama minggu terakhir ini.

Enam anggota OPEC dan Rusia, bersama dengan Oman, telah mengatakan mereka akan menghadiri pertemuan darurat para produsen, kata Austin Sapp, analis komoditas di Schneider Electric.

"Meskipun ini secara fundamental adalah stimulus bullish, kurangnya dukungan dari Arab Saudi, produsen terbesar OPEC dengan margin yang lebar, dan keraguan atas kesediaan sebenarnya Rusia untuk bekerja sama dalamn pemotongan produksi, terus melemahkan harapan produser bahwa pertemuan akan menjadi kenyataan," kata Sapp. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI