Kemitraan Trans Pasifik Ditandatangani, Apa Dampaknya Bagi RI?

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 04 Februari 2016 | 09:11 WIB
Kemitraan Trans Pasifik Ditandatangani, Apa Dampaknya Bagi RI?
Unjukrasa menentang penandatanganan Kemitraan Trans Pasifik di depan Gedung Putih, Rabu (3/1). (Reuters/Gary Cameron)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kemitraan Trans Pasifik (TPP) pimpinan AS, salah satu kesepakatan perdagangan terbesar dalam sejarah, ditandatangani di Selandia Baru pada Kamis (4/2/2016) oleh seluruh 12 negara anggota.

Penandatanganan ini dilakukan di tengah protes keras. Sementara Perdana Menteri Selandia Baru John Key dan Perwakilan Dagang AS Mike Froman memimpin upacara di Sky City Convention Centre di Auckland, pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan di luar.

Pakta ambisius itu bertujuan untuk menghapus hambatan perdagangan dan investasi antara negara yang terdiri dari sekitar 40 persen dari ekonomi global.

"Hari ini adalah hari yang signifikan, tidak hanya untuk Selandia Baru tetapi untuk 11 negara lain dalam Kemitraan Trans Pasifik," kata Key.

Presiden AS Barack Obama menyambut gembira  penandatanganan tersebut. Ia mengatakan TPP akan memberikan Amerika Serikat keuntungan atas negara-negara terkemuka lainnya, yaitu Cina.

"TPP memungkinkan Amerika --dan bukan negara-negara seperti Cina-- untuk menulis aturan jalan di abad ke-21, yang terutama penting di wilayah dinamis seperti Asia-Pasifik," kata Obama dalam sebuah pernyataan dari Washington.

Namun, pengunjuk rasa berpendapat itu akan mengorbankan lapangan pekerjaan dan berdampak pada kekuatan di negara Asia-Pasifik. Meskipun penandatanganan menandai akhir dari proses negosiasi, negara-negara anggota masih memiliki waktu dua tahun untuk mendapatkan persetujuan kesepakatan di dalam negeri sebelum berlaku efektif.

"Kami akan mendorong semua negara untuk menyelesaikan proses ratifikasi domestik mereka secepat mungkin," kata Key.

"TPP akan memberikan akses yang lebih baik untuk barang dan jasa kepada lebih dari 800 juta orang di seluruh negara TPP, yang membentuk 36 persen dari PDB dunia."

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat dan Vietnam.

"Negara-negara lain telah mengisyaratkan minat bergabung TPP. Dan ini bisa menyebabkan integrasi ekonomi regional yang lebih besar. Sebuah kawasan yang lebih makmur dan karena itu aman, di semua kepentingan kita," kata Key.

Froman memperingatkan bahwa setiap keterlambatan dalam mendukung kesepakatan itu akan berdampak pada biaya yang dikeluarkan.

"Setelah lima tahun negosiasi, penandatanganan TPP merupakan tonggak penting dalam upaya kita untuk menetapkan aturan standar tinggi dari jalan di wilayah Asia-Pasifik dan lebih umum, dan untuk menyampaikan kesepakatan yang akan menguntungkan buruh, petani dan bisnis Amerika," katanya.

Mengklaim kesepakatan siap untuk menambahkan 100 miliar dolar AS per tahun kepada pertumbuhan ekonomi AS, Froman menambahkan: "Ada biaya-biaya untuk penundaan, biaya ekonomi riil." Kelompok yang menentang TPP telah menyatakan kekhawatiran tentang kerahasiaan di mana negosiasi dilakukan, berpotensi menggerus kekuatan negara dan mengatakan itu dipertimbangkan mendukung Amerika Serikat.

Di tengah spekulasi bahwa anggota Kongres AS tidak akan mau mengambil risiko mengecewakan para pemilih dengan menyetujui hal itu menjelang pemilihan nasional November, Obama pada Selasa membahas ratifikasi dengan para pemimpin Republik yang mengatakan mereka masih memiliki masalah dengan kesepakatan itu.

Sedangkan Slandia Baru bertindak sebagai depositori TPP, mengambil tanggung jawab untuk fungsi administratif. (Antara/AFP)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI