Suara.com - Pengamat ekonomi Aviliani mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo yang lebih banyak membangun infrastruktur di luar Jawa. Langkah ini dirasa tidak tepat karena Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berlaku saaat ini.
"Membangun infrastruktur tidak bisa semua. Harus ada prioritas yang dipilih. Presiden lebih banyak membangun dari pinggiran. Tapi ini sebetulnya memakan waktu lama," kata Aviliani terhadap Suara.com di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Padahal Indonesia saat ini tidak punya banyak waktuOleh sebab itu Aviliani mendesak pemerintah lebih fokus membangun infrastruktur di Pulau Jawa. Sebab wilayah ini paling siap daya saingnya dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
"Sebab kita tidak punya banyak waktu. Kita harus tingkatkan dulu daya saing kita secepat mungkin untuk hadapi MEA," ujar Komisaris Independen Bank Mandiri tersebut.
Aviliani menampik langkah ini akan memperbesar ketimpangan ekonomi antar wilayah di Indonesia. Menurutnya prioritas saat ini adalah bagaimana menggenjot ekspor dan meningkatkan kurs Rupiah.
"Kalau terlalu fokus ke luar Jawa, eskpor kita lambat tumbuhnya dan nilai tukar Rupiah kita akan semakin lemah. Ujungnya kemiskinan juga," tutup Aviliani.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengakui bahwa pembangunan Indonesia selama ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa antar wilayah. Selain itu, ketimpangan kemiskinan di Indonesia juga masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.
Jokowi menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia kedepan benar-benar harus "Indonesia Sentris". "Makanya jangan heran kalau anggaran negara yang dialokasikan untuk pembangunan Indonesia Timur melonjak besar dibanding era sebelumnya," ujar Jokowi.