Panin Asset Hari Ini Luncurkan Produk Baru Reksadana

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 26 Januari 2016 | 15:48 WIB
Panin Asset Hari Ini Luncurkan Produk Baru Reksadana
Reksa Dana (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com -  Panin Asset Management meluncurkan produk pasar modal jenis reksa dana pendapatan tetap yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi pemodal menyusul sinyal perekonomian Indonesia yang cenderung mulai membaik.

"Adanya kebutuhan nasabah terhadap produk yang menghasilkan pendapatan berkala bulanan, kami menerbitkan produk baru Panin Dana Pendapatan Berkala (PDPB)," ujar Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja, di Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Panin Dana Pendapatan Berkala merupakan jenis reksa dana pendapatan tetap yang menempatkan 80-100 persen investasinya pada instrumen surat utang atau obligasi, namun tidak menutup kemungkinan untuk diinvestasikan pada instrumen pasar uang, dengan komposisi maksimum sebesar 20 persen.

Ridwan Soetedja optimistis produk itu akan diminati investor mengingat sinyal penurunan suku bunga deposito perbankan setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI rate).

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management, Rudiyanto menambahkan bahwa aset dasar produk Panin Dana Pendapatan Berkala yang mayoritas dalam obligasi itu memberi potensi imbal hasil positif, apalagi tren inflasi di dalam negeri cenderung rendah.

"Pada tahun 2013 lalu tercatat inflasi naik, BI rate juga naik, nilai obligasi minus 5,15 persen. Artinya, dengan inflasi tahun ini yang menurun maka sudah bisa diprediksikan," katanya.

Ia memaparkan bahwa komposisi portofolio inti pada produk Panin Dana Pendapatan Berkala yakni sebesar 30-50 persen adalah surat utang negara (SUN) berjangka pendek menengah, dan 5-30 persen adalah obligasi pemerintah menengah panjang dengan memanfaatkan momentum pasar. Adapun, 20-40 persen ditempatkan pada obligasi korporasi berkualitas baik dan 5 persen di deposito atau pasar uang.

"Ketika suku bunga rendah dan diikuti dengan inflasi, kemungkinan obligasi akan naik, nah jadi besaran persentase itu kami pakai untuk obligasi pemerintah jangka panjang. Sedangkan untuk obligasi korporasi, dari hasil penelitian obligasi yang bagus adalah obligasi dengan peringkat minimal AA (double A) dan jatuh tempo di bawah lima tahun. Obligasi ini tidak pernah 'default'," papar Rudiyanto. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI