Penyaluran Kredit BNI Tahun Lalu Tumbuh 17,5 Persen

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 26 Januari 2016 | 14:57 WIB
Penyaluran Kredit BNI Tahun Lalu Tumbuh 17,5 Persen
Paparan BNI Tentang Kinerja Akhir Tahun 2015 d Jakarta, Senin (26/1/2016) [BNI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada tahun 2015 berhasil mengoptimalkan fungsi intermediasi ke berbagai segmen usaha di Indonesia di tengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif. Penyaluran kredit perseroan tumbuh 17.5% menjadi Rp 326.1 triliun, dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 277.6 triliun.

Peningkatan kredit tersebut didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18.0% dari Rp 313.9 triliun (2014) menjadi Rp 370.4 triliun dan perkuatan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 19,5% daripada tahun sebelumnya 16,2%. Dengan demikian, aset perseroan di tahun 2015 tumbuh hingga 22.1% menjadi Rp 508.6 triliun dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 416.6 triliun.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, keberhasilan BNI melakukan akselerasi bisnis dan optimalisasi peluang di sektor-sektor ekonomi potensial menjadi kunci pertumbuhan kinerja BNI selama tahun 2015. “Kami bersyukur dalam situasi perekonomian yang penuh tantangan, kinerja BNI sepanjang 2015 terus menguat. Kami juga gembira peningkatan kredit dan DPK BNI berhasil tumbuh diatas rata-rata industri perbankan dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko yang semakin baik,” kata Baiquni pada paparan kinerja BNI tahun 2015 di Jakarta, Senin (25/1/2016).

Pertumbuhan Kredit

Penyaluran kredit BNI pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan di berbagai segmen, baik bussines banking (Korporasi, BUMN, Usaha Menengah dan Kecil) maupun konsumer. Kredit ke segmen bussines banking berhasil tumbuh 15.3% menjadi Rp 231.1 triliun, dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 200.4 triliun. Komposisi pinjaman tersebut meliputi;  Usaha Menengah dan Kecil (28.6%), Korporasi (24.6%), BUMN (17.7%) dan pembiayaan anak perusahaan dan cabang luar negeri (11.5%).

Peningkatan kredit terbesar selama tahun 2015 salah satunya disalurkan ke BUMN dimana hal ini menjadi komitmen perseroan untuk mendukung proyek-proyek prioritas pemerintah, terutama di sektor infrastruktur seperti jalan tol, konstruksi, kelistrikan dan migas. BNI akan terus mendukung percepatan sektor-sektor strategis untuk semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional. Partisipasi BNI dalam pembiayaan sektor strategis ini juga sangat efektif dan berdampak positif terhadap kinerja perseroan.

Di segmen konsumer, BNI berhasil menjaga momentum pertumbuhan kredit sebesar 10,6% menjadi Rp 57,5 triliun dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 52,0 triliun. Kredit kepemilikan rumah melalui BNI Griya memberikan kontribusi terbesar yaitu 60,2%, diikuti oleh Kartu Kredit 17,0%, Kredit Konsumer lainnya 15,8% dan Flexi 6,8%. Segmen kartu kredit BNI masih menjadi market leaderdengan total kepemilikan kartu sebanyak 1.7 juta.

Sejak Agustus sampai dengan Desember 2015, BNI berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 3,0 triliun, dimana sebagian besar merupakan KUR Ritel dengan plafon diatas Rp 25 juta – Rp 500 juta. Mayoritas pelaku usaha yang mendapatkan fasilitas kredit tersebut bergerak di sektor perdagangan. Meningkatnya penyaluran KUR ini merupakan upaya BNI dalam mendorong bergeraknya perekonomian, khususnya bagi para pelaku usaha kecil yang mengalami banyak tekanan akibat perlambatan ekonomi.

Pertumbuhan kredit BNI yang relatif tinggi di tengah kondisi ekonomi yang cukup menantang ini tetap memperhatikan pengelolaan risiko kredit yang terkontrol. Hal ini tercermin dari tingkat Non Performing Loan (NPL) Gross di level 2,7% dan NPL Nett 0,9%. Sejalan dengan kebijakan BNI yang konservatif dan proaktif Coverage Rasio Kredit dijaga di level 140,4%.

“Kondisi perekonomian global dan domestik yang masih akan sangat menantang, membuat BNI sangat berhati-hati. Coverage Rasio Kredit yang tinggi ini merupakan bagian dari upaya BNI dalam menjalankan strategi bisnis dengan pengelolaan risiko yang konservatif ,” jelas Baiquni. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI