Suara.com - Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies Marwan Batubara memperkirakan ada penurunan pendapatan di sektor minyak dan gas akibat anjloknya harga minyak mentah dunia.
Dalam APBN 2016, pemerintah telah menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price sebesar 50 dolar AS per barel dengan asumsi produksi minyak mentah atau lifting 830 ribu per barel per hari, tetapi faktanya harga minyak mentah dibawah 60 dolar AS per barel.
“Ada biaya-biaya yang ditekan tapi malah bertambah. Dari sisi pendapatan jelas berkurang karena anggaran real dianggarkan 60 dolar AS per barel atau 50 dolar AS per barel dan ternyata hanya 40 dolar AS atau 30 dolar AS per barel. Jelas pendapatan turun, pajak turun. Biaya yang seharusnya ditekan malah naik. Jelas pemerintah tidak bisa mengelola dan belum ada antisipasinya,” kata Marwan Batubara dalam diskusi bertema Energi Kita di gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Minggu (24/1/2016).
Ia menjelaskan menurunnya penerimaan dapat mempengaruhi struktur APBN 2016 secara signifikan dan banyak Komite Kebijakan Sektor Keuangan yang terbebani lantaran harus dikenakan pajak.
Menurut Marwan pemerintah tidak mempersiapkan strategi atau skenario apabila harga minyak mentah dunia mengalami anjlok.
Pemerintah selalu optimistis harga minyak mentah dunia akan tetap berada dikisaran 60 dolar AS per barel.
“Kecenderungan harga minyak mentah dunia 25 dolar AS per barel, merepotkan untuk kontraktor minyak mentah di Indonesia. Pemerintah Indonesia harus mempersiapkan strategi. Selama ini belum ada,” katanya.