Suara.com - Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah menyatakan pasar apartemen di sejumlah kota besar di Jawa Tengah belum terlalu besar.
"Kalau untuk di Jawa Tengah itu pun baru di daerah-daerah tertentu yang potensial dibangun apartemen, di antaranya di Kota Semarang dan Solo," kata Wakil Ketua REI Jateng Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Dibya K Hidayat di Semarang, Sabtu (23/1/2016).
Menurut dia, di daerah-daerah itupun pembelian apartemen baru sebatas digunakan sebagai investasi, bukan dibeli karena digunakan untuk tempat tinggal.
Dibya mengatakan, apartemen bukan berarti tidak ada pasarnya, namun belum menjadi pilihan utama. Menurut dia, karena harga masih relatif murah yaitu Rp400 juta-600 juta/unit, maka pembeli kebanyakan menjadikannya sebagai investasi.
"Di Jateng pasar apartemen belum sebagai kebutuhan, tetapi sebagai tren. Jadi mungkin kalau beli apartemen sekarang lebih murah, kalau digunakan sebagai investasi ketika dijual kembali akan memperoleh keuntungan," katanya.
Berbeda dengan di Jakarta atau Surabaya, menurut dia, lokasi apartemen di sana selalu di tengah-tengah kota yang harga tanah sudah sangat mahal sehingga hanya bisa dibangun apartemen dan tidak bisa dibangun rumah tapak.
"Kebanyakan penjualan apartemen di sana untuk pekerja agar pencapaian tempat kerja lebih dekat sehingga tidak terkena macet, kalau di Semarang kan macetnya juga belum begitu parah," katanya.
Sementara itu, mengenai segmentasi untuk tenaga kerja asing yang bekerja di Jawa Tengah, Dibya mengaku pesimistis mereka akan lebih memilih hunian apartemen sebagai tempat tinggal selama bekerja di Jateng.
"Menurut saya ketika dari negara asalnya mereka tinggal di apartemen, justru ketika di sini mereka akan lebih memilih untuk tinggal di rumah tapak. Mereka pasti merasa jenuh tinggal di hunian vertikal," katanya. (Antara)