Suara.com - Pengamat Ekonomi dan Politik dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai anjloknya harga minyak mentah ke level 30 dolar AS per barrel menjadi momen yang tepat untuk mengapuskan bahan bakar minyak jenis premium.
Penurunan harga minyak dunia berdampak pada penurunan harga BBM non subsidi jenis Pertamax 92 dan Pertamax Plus 95. Dengan begitu, harga kedua jenis BBM tersebut semakin terjangkau oleh masyarakat.
“Ini momen yang tepat untuk membunuh premium,” kata Faisal saat ditemui di kantor pusat PLN, Jumat (22/1/2016).
Ia menjelaskan di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia, tak ada untungnya untuk mempertahankan BBM jenis premium.
“Meski harga minyak anjlok, harga Premium juga nggak turun, premium itu kan RON 88. Jadi nggak masuk akal kalau RON rendah dihargai lebih mahal. Di Malaysia, harga RON 95 Rp5.916 per liter,” katanya.
Faisal mengatakan saat dia memimpin Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi bentukan Kementerian ESDM ini pernah merekomendasikan untuk menghilangkan BBM jenis premium. Namun pembicaraan penghapusan ini pun telah hilang begitu saja.
Menurutnya, penghapusan BBM jenis premium ini untuk memberantas praktik mafia minyak dan memperbaiki kualitas BBM di Indonesia.
“Tapi nggak ditindaklanjuti oleh pemerintah. Tapi sekarang malah tidak ada pembicaraan proses penghapusan BBM Premium,” kata dia.