Suara.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ridwan Hisyam menegaskan target pemerintah meraih devisa 20 miliar dolar AS akan tercapai jika target 20 juta wisatawan dari luar negeri ke Indonesia juga bisa tercapai. Untuk itu pemerintah memang harus melakukan pembenahan dengan menetapkan destinasi wisata prioritas.
Dalam soal devisa, penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata juga masih minim. Saat ini penerimaan devisa baru di posisi keempat setelah ekspor minyak dan gas, ekspor mineral dan batubara, dan hasil perkebunan. "Padahal devisa dari pariwisata seharusnya menjadi yang terbesar karena pariwisata tidak bersifat merusak jika dipergunakan terus-menerus alias berkelanjutan. Ini berbeda dengan eksplorasi migas atau minerba yang bisa berdampak kerusakan lingkungan," kata Ridwan saat dihubungi Suara.com, Kamis (21/1/2016).
Ridwan mengapresiasi langkah pemerintah menetapkan 10 destinasi wisata tahun 2016. Namun, ia mengingatkan agar sarana prasarana penunjang untuk kebutuhan perjalanan wisata juga harus ikut disiapkan dengan serius. "Sarana mulai dari hotel, listrik, air, sampai infrastruktur menuju lokasi destinasi wisata juga harus sudah siap. Kalau tidak, justru akan menjadi masalah. Kalau ini diatasi, saya kira target wisman 20 juta orang dan target devisa 20 miliar Dolar AS pada 2019 bisa tercapai," imbuh Politisi Golkar tersebut.
Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli berupaya menggenjot kenaikan jumlah wisatawan manca negara (wisman). Targetnya, mencapai 20 juta wisman pada akhir 2019, dari saat ini sekitar 10 juta orang.
Rizal Ramli memang memiliki target untuk menaikkan devisa sektor pariwisata dari 10 miliar Dolar AS menjadi 20 miliar Dolar AS. Tak hanya itu, jumlah tenaga kerja langsung di sektor pariwisata juga ditargetkan naik dari 3 juta menjadi 7 juta. Sedangkan tenaga kerja tidak langsung, diperkirakan naik tiga hingga empat kali lipat.
Pemberian bebas visa pada 174 negara sepanjang 2015 memang bakal menurunkan potensi penerimaan devisa dari sisi biaya visa. Saat ini, biaya visa masuk ke wilayah Indonesia sekitar 25 Dolar AS per orang. Jika target kunjungan 20 juta wisman tercapai, negara berpotensi kehilangan pendapatan 500 juta Dolar AS dari visa.
Toh, pemerintah memiliki kalkulasi. Kehilangan pendapatan 500 juta Dolar AS bakal ditutup dengan devisa 20 miliar Dolar As yang bakal dikeluarkan para turis selama di Indonesia. Belum lagi geliat perekonomian, terutama masyarakat di sekitar lokasi wisata.
Tahun ini pemerintah telah menetapkan 10 destinasi wisata yang akan diprioritaskan pembangunan dan pengembangannya. Pemerintah membutuhkan investasi senilai lebih dari 20 miliar Dolar AS untuk pengembangan 10 destinasi wisata prioritas pada 2016.
Destinasi tersebut adalah Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tengara Barat/NTB), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur/ NTT), Bromo-Tengger- Semeru (Jawa Timur), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Toba (Sumatera Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung).
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) terkini, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada November 2015 mencapai 777,5 ribu kunjungan atau naik 1,70 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman November 2014 yang tercatat sebanyak 764,5 ribu kunjungan. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Oktober 2015, jumlah kunjungan wisman November 2015 turun sebesar 5,85 persen.
Secara kumulatif dari periode Januari–November 2015, jumlah kunjungan wisman mencapai 8,80 juta kunjungan. Jumla ini mengalami kenaikan 3,23 persen dibanding kunjungan wisman pada periode Januari-November 2014 yang berjumlah 8,52 juta kunjungan.