Suara.com - PT Pertamina (Persero) membukukan nilai financial impact sebesar US$608,41 juta dari inisiatif-inisiatif dan proyek-proyek terobosan perusahaan di sepanjang tahun 2015.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan beberapa Breakthrough Project New Initiatives ditetapkan oleh Pertamina sebagai upaya serius perusahaan dalam mengatasi tantangan bisnis migas seiring dengan penurunan harga minyak mentah dunia. BTP New Initiatives tersebut terdiri dari Sentralisasi Procurement (non hidrokarbon), Perubahan Proses Pengadaan dan Penjualan Minyak dan Produk, Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak, Optimalisasi Aset Penunjang Usaha, dan Corporate Cash Management.
Dari inisiatif-inisiatif tersebut, kata dia, Pertamina menargetkan untuk memperoleh impak finansial dengan nilai total US$500,4 juta sepanjang tahun 2015. Namun, tuturnya, nilai target tersebut berhasil dilampaui dengan catatan impak finansial hingga tutup tahun 2015 mencapai US$608,41 juta.
“Dalam situasi yang sulit karena harga minyak terus turun, Pertamina harus melakukan terobosan-terobosan termasuk dalam hal melakukan efisiensi. Pencapaian BTP New Initiatives 2015 yang melebihi target menjadi indikasi positif bahwa program-program dapat berjalan dengan baik bahkan melebihi ekspektasi,” terang Wianda dalam pernyataan resmi, Rabu (20/1/2016).
Wianda menjelaskan terdapat tiga kontributor utama bagi pencapaian BTP New Initiatives tersebut, yaitu Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak yang ditempuh dengan melakukan penekanan losses dengan nilai impak finansial sebesar US$255,2 juta, Perubahan Proses Pengadaan Minyak dan Produk melalui evaluasi formula harga dan efisiensi harga penjualan & co-loading untuk parsel impor dengan nilai impak sebesar US$208 juta dan Sentralisasi Procurement non hidrokarbon senilai US$90 juta. Adapun, inisiatif lainnya, yaitu optimalisasi Aset Penunjang Usaha dan Corporate Cash Management masing-masing berkontribusi sebesar US$27,8 juta dan US$27,3 juta.
Finansial impak dari Optimalisasi Aset Penunjang Usaha berasal dari cash in dan cost saving baik di unit operasi maupun di kantor pusat. Adapun, finansial impak dari Corporate Cash Management bersumber dari efisiensi pembayaran bunga.