Suara.com - “Banyak yang bocor tuh rumah!”. Saatnya Anda melakukan renovasi. Apalagi kalau musim hujan sudah tiba. Malah, kebutuhan merenovasi rumah semakin mendesak. Benar apa benar? Memang, faktor usia tidak bisa dibohongi.
Bagian rumah yang mulai lapuk di makan usia adalah hal yang wajar. Anda tidak bisa menolak hal itu. Bukan hanya bagian atap saja yang mulai lapuk lho, terkadang muncul pula retakan di dinding, cat mengelupas, dan struktur bangunan yang tak simetris lagi.
Renovasi rumah harus segera dilakukan. Itu merupakan solusinya. Punya tabungan besar, maka itu tidak akan menjadi masalah. Namun, bagi yang berkantong cekak. Maka, Anda butuh tambahan modal baru.
Tentunya Anda sudah tahu, kalau kondisinya seperti ini, maka meminjam uang di bank merupakan alternatif. Ada banyak jenis produk bank bagi yang berniat merenovasi rumah. Ada dua jenis jenis pembiayaan atau kredit renovasi rumah. Yaitu, kredit multiguna dan kredit renovasi.
Bila digunakan, keduanya bisa Anda jadikan solusi akan kebutuhan dana untuk renovasi rumah. Kedua jenis produk bank itu, sangat cocok digunakan pada situasi mendesak.
Sebagian bank di Indonesia memiliki produk kredit multiguna. Kredit ini diperuntukkan untuk keperluan mendesak hingga konsumtif. Misalnya, pendidikan anak, kesehatan, beli mobil, biaya renovasi rumah, dan lain sebagainya.
Produk ini memberikan kesempatan bagi Anda untuk mengajukan pinjaman dana mulai dari Rp2 juta sampai Rp2 miliar. Anda memiliki kebebasan memilih rentang plafon. Tenornya pun bebas. Bisa setahun, dua tahun, atau bahkan belasan tahun. Bunga produk ini antara 9-12% dengan suku bunga tetap mulai 6 bulan sampai maksimal dua tahun. Lebih dari itu, maka berlaku suku bunga floating. Salah satu hal yang dianggap negatif dari produk ini, yaitu suku bunga yang tinggi.
Sedangkan kredit renovasi, nilai positifnya yaitu memiliki bunga lebih rendah, tenor lebih panjang, dan plafon yang lebih besar. Namun, tetap saja kredit renovasi juga memiliki sisi negatif, khususnya pada bagian agunan. Ketika Anda memutuskan menggunakan kredit renovasi, maka yang jadi agunan adalah rumah yang hendak direnovasi. Besaran dana yang dicairkan pun hanya 80% dari RAB (Rencana Anggaran Bangunan) renovasi rumah.
Agar Rencana Renovasi Rumah Berjalan lancar, Tentukan Skala Prioritas Renovasi Rumah
Jangan buru-buru ke bank. Pertimbangkan kembali bagian mana yang ingin anda renovasi. Gunakan skala prioritas sebagai acuan membuat anggaran, bukan keinginan. Ini sangat penting dan krusial, skala prioritas menentukan perkiraan kebutuhan dana renovasi secara tepat. Ada empat pos kebutuhan dana bila ingin merenovasi rumah.
1. Perizinan
Merenovasi rumah tidak semudah yang Anda bayangkan. Ada uang, benahi, selesai. Masih ada hal lain yang harus Anda perkirakan. Mengubah bentuk rumah, ada biaya izin IMB (izin mendirikan bangunan) baru ke kantor kelurahan.
2. Biaya Tukang atau Kontraktor
Alangkah baiknya bila Anda mencari informasi mengenai biaya-biaya tukang atau kontraktor. Tujuannya, agar Anda mendapatkan harga yang kompetitif. Usahakan mencari informasi seputar jasa tukang atau kontraktor lebih dari satu. Hitung apakah renovasi bisa menggunakan borongan atau lebih baik harian.
3. Biaya Material
Ini sifatnya sangat fleksibel. Tergantung bagian mana yang akan direnovasi dan pilihan kualitas material. Memilih material berkualitas tentu harganya lebih mahal. Nggak mau bingung? Serahkan saja urusan ini pada jasa tukang atau kontraktor. Alasannya, karena mereka memiliki channel yang kemungkinan besar harga yang ditawarkan lebih murah.
4. Biaya Tidak Terduga
Ini yang sering dilupakan. Sisihkan sebagian dana untuk biaya tak terduga. Gunakan kisaran 20%. Adanya alokasi biaya tak terduka mampu meng-cover kebutuhan-kebutuhan yang mungkin semula tidak diperhitungkan. Misalnya, kebutuhan material atau masa pengerjaan lebih lama dari rencana.
5. Prinsip Perencanaan Keuangan
Bila ternyata anda masih memiliki kewajiban cicilan rumah, kartu kredit, dan mobil, yang menghabiskan sebanyak 30% dari pendapatan, alangkah lebih baik bila anda menunda kredit renovasi rumah. Alasannya, berdasarkan kamus perencanaan keuangan, total cicilan kredit tidak boleh melebihi 30% pendapatan. Karena hal ini akan mengganggu kehidupan keuangan keluarga Anda.
Baca juga artikel Cermati lainnya:
Jenis-Jenis Mesin ATM dan Cara Aman Menggunakannya
Manfaat Asuransi Perjalanan dan Cara Memilihnya
Tabungan SIMPEL Produk yang Tepat untuk Mengajari Anak Mengelola Keuangan
Published by Cermati.com |