Suara.com - Harga minyak mentah jatuh lagi pada Rabu (Kamis pagi WIB 21/1/2016)), kehilangan 6,7 persen di New York tanpa adanya tanda-tanda pengetatan persediaan dan di tengah perkiraan ekonomi global yang suram.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 1,91 dolar AS menjadi 26,55 dolar AS per barel, tingkat terendah sejak Mei 2003. WTI diperdagangkan serendah 26,19 dolar AS per barel selama sesi, hari terakhir untuk kontrak Februari.
Kerugian juga berlanjut di perdagangan London, tapi tidak seberat WTI. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret anjlok menjadi 27,88 dolar AS per barel, turun 88 sen dari Selasa (19/1/2016).
Pasar masih dalam proses mencari posisi terbawah, kata analis Oliver Sloup di iiTrader.com.
Sloup mengatakan akhir kontrak WTI Februari bisa memperburuk kerugian dan dapat menyebabkan "rebound" dengan kontrak baru Maret.
"Di masa lalu ketika kita telah melihat kontrak berjangka keluar dari papan perdagangan, kita telah benar-benar melihat bagian terbawah jangka pendek di pasar. Jadi kita tidak akan terkejut melihat sedikit lompatan." "Anda mungkin mendapatkan beberapa pembeli harga murah, tetapi untuk sebagian besar pedagang hanya duduk berpangku tangan menunggu untuk melihat bentuk dasarnya." Juga mempengaruhi perdagangan adalah ekspektasi bahwa laporan persediaan mingguan minyak mentah dan bahan bakar AS bisa menunjukkan kenaikan yang signifikan lagi -- memperbesar kelebihan pasokan -- ketika dirilis pada Kamis.
"Itu sebabnya mengapa pasar berada di bawah tekanan. Tetapi jika kita datang dengan jumlah persediaan yang lebih kecil daripada yang diantisipasi, itu juga bisa membantu mendukung harga," kata Sloup. (Antara)