Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi (15/1/2016), bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp13.880 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.900 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia yang mulai naik meski terbatas serta optimisme pasar pascapemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menjadi salah satu pendorong laju rupiah," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Menurut dia, kebijakan Bank Indonesia itu cukup berhasil mengangkat kembali optimistis bagi pelaku pasar keuangan terhadap perekonomian domestik.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Kamis (14/1/2016) memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 7,25 persen dari sebelumnya 7,50 persen, dengan suku bunga "Deposit Facility" 5,25 persen dan "Lending Facility" pada level 7,75 persen.
Ia menambahkan bahwa sentimen selanjutnya yang ditunggu pelaku pasar keuangan yakni data neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2015 pada hari ini (15/1), diharapkan data itu menambah kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia.
Namun demikian, ia mengatakan bahwa nilai tukar rupiah secara umum masih dibayangi sentimen penguatan dolar AS di pasar global seiring dengan kekhawatiran konflik militer antara Arab Saudi dan Iran yang semakin terbuka.
Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia kemungkinan dapat menahan laju mata uang rupiah lebih tinggi dalam jangka pendek, dikarenakan membuat imbal hasil investasi di dalam negeri menjadi sedikit rendah.
"Namun, fundamental ekonomi Indonesia yang optimis pasca kebijakan BI itu diharapkan menopang mata uang rupiah untuk jangka panjang. Pemangkasan BI rate juga dapat mendorong daya beli masyarakat meningkat yang pada akhirnya menopang laju perekonomian Indonesia," tuturnya.
(Antara)