Kementan Perkirakan Bawang Merah Akan Surplus Tahun Ini

Minggu, 10 Januari 2016 | 01:20 WIB
Kementan Perkirakan Bawang Merah Akan Surplus Tahun Ini
Pedagang bawang merah di Pasar Inpres Senen, Jakarta, Rabu (25/3/2015). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan stok bawang merah pada 2016 akan mengalami kelebihan produksi atau surplus dengan prediksi produksi akan mencapai 1,291 juta ton.

"Kita prediksi tahun 2016 ini akan mengalami surplus dengan jumlah produksi yang diperkirakan akan mencapai 1,291 juta ton, itu kan di bawah kebutuhan saat ini," kata Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yanuardi di Garut, Jawa Barat, Sabtu.

Yanuardi menjelaskan saat ini stok bawang merah berada pada posisi aman, pasalnya kebutuhan nasional Indonesia adalah 880 ribu ton.

"Iya artinya kita surplus 449 ribu ton, kita bisa ekspor juga jika demikian," kata dia.

Pada tahun 2015 lalu, Yanuardi menjelaskan Indonesia melakukan ekspor kurang lebih 14.100 ton ke Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura. Namun, impor pada tahun 2015 juga ada dan jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2014 lalu dengan penurunan sebesar 78 persen.

"Impor Januari-September 2015 adalah 15.700 ton, periode yang sama 2014 sampai 87.000 ton. Penurunan nilai impornya Rp295 miliar," tuturnya.

Yanuardi melanjutkan impor tersebut ada untuk industri dan konsumsi yang memang selama ini oleh pihaknya tidak dikendalikan.

"Tapi setelah Juni ada pengendalian impor, dimana kita ingin meningkatkan pendapatan petani, mengamankan petani karena kualitas produk kita sesungguhnya sangat jauh diatas produk impor karenanya nilai jualnyapun lebih tinggi namun kualitas kan tidak mengecewakan," katanya.

Salah seorang petani Bawang di Desa Panembong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Aliyudin (54) mengatakan untuk harga jual per kilogram bawang merah dataran tinggi di tempatnya adalah Rp10-11 ribu di tingkat petani, tengkulak Rp12-12,5 ribu di tingkat pengepul dan Rp22 ribu di pasar induk.

"Harga tersebut meningkat karena adanya pengeluaran distribusi dari kami hingga ke konsumen, kami harap ekonomi stabil, jadi harga juga stabil," kata Aliyudin yang merupakan Ketua Kelompok Tani Mekartani di desa setempat.

Senada dengan Aliyudin, petani lainnya yang berasal dari Desa Bayongbong, Kecamatan Bayongbong Engkom Komarudin mengatakan para petani juga ingin mendapatkan insentif dari pemerintah untuk ikut serta dalam menjaga harga stabil.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya, berdasarkan informasi yang dihimpun Antara, di Kecamatan Bayongbong ada sekitar 800 hektare (ha) lahan produksi bawang merah dengan produktivitasnya 9-10 ton/ha dan biaya produksinya Rp60-80 juta per hektare.

"Kita disini mengharapkan bantuan dari pemerintah terutama benih, pengadaan embung, alat penanggulangan hama dan lain sebagainya untuk menekan nilai produksi sehingga bisa ikut menstabilkan harga juga," ujar pimpinan kelompok tani Hayatan Toyiban itu. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI