Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pesimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh sekitar 4,7 persen. Soalnya, masih ada perlambatan ekonomi dan penerimaan pajak yang masih mengandalkan dari perusahaan.
"Mungkin hanya lebih sedikit dari 4,7 persen atau sekitar 4,8 atau 4,9 persen nggak lebih. Padahal di APBNP-nya 5,3 persen. Nggak mampu menyentuh lima persen," kata Darmin, Jumat (8/1/2016).
Ia juga menjelaskan kondisi saat ini sangat sulit bagi Indonesia, dimana di tengah kondisi perekonomian global yang melambat, namun penerimaan negara tidak berjalan simetris karena sumber penerimaan pajak masih bersumber dari perusahaan, secara otomatis penerimaan negara akan terpengaruh dengan cepat.
"Apa hubungannya ekonomi melambat dengan penerimaan negara, pajak kita itu masih mengandalkan perusahaan. Kalau ekonominya melambat, otomatis profitnya langsung turun drastis. Itu artinya penerimaan negara juga melambat. Beda jika penerimaan didominasi pajak perorangan," katanya.
Ia menjelaskan jika pajak bersumber dari pajak perorangan sehingga menjadi simetris antara kenaikan dan penurunannya.
"Contohnya gaji. Yang namanya gaji, biar ekonominya melambat, jarang gaji turun. Kalau gaji diturunkan, ngamuk orangnya. Biasanya yang terjadi adalah PHK, bukan gajinya yang turun. Ini yang harus digenjot agar gaji perorangan naik. Caranya dengan menggenjot investasi, terus sekarang kan udah ada PP Pengupahan ini juga membantu. Jadi bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia," katanya.