Ini Alasan PLN Tunda Pembelian Uap Panas Bumi dari Pertamina

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 07 Januari 2016 | 23:46 WIB
Ini Alasan PLN Tunda Pembelian Uap Panas Bumi dari Pertamina
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semangat penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus ditunjukkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan pemanfaatan EBT, baik yang dikelola PLN maupun dari pengembang yang dibeli oleh PLN. Bahkan, PLN baru saja menyetujui pembelian listrik dari pembangkit baru Kamojang 5 yang dikelola oleh Pertamina sebesar USD 9,4 cent/kWh untuk jangka 25 tahun ke depan.

Agung Murdifi, Manajer Senior Public Relations PT PLN menjelaskan kesepakatan ini sebagai tindakan nyata dukungan PLN untuk penggunaan EBT sebagai tenaga listrik . "Hal ini sejalan dengan semangat pemerintah dalam Conference of Parties (COP) 21 untuk mengurangi emisi hingga 29%," kata Agung dalam pernyataan resmi, Kamis (7/1/2016)

Terkait dengan kondisi PLTP Kamojang 1,2,3, PT PLN (Persero) hingga saat ini masih mengkaji tarif yang ditawarkan Pertamina terkait dengan harga uap yang dinilai terlalu tinggi. Sebelumnya PLN dan Pertamina telah melakukan kerjasama pemanfaatan panas bumi di Kamojang 1,2,3 lebih dari tiga puluh tahun. Namun menginjak tahun 2015, Pertamina selaku penyedia uap memberikan penawaran harga uap yang tinggi untuk jangka waktu 5 tahun saja.

“Kalau harga uap yang ditawarkan wajar, kami mungkin akan beli, karena selama ini kami sudah kerjasama selama 32 tahun dengan Pertamina. Namun yang membuat kami bingung, kenapa tiba-tiba Pertamina menawarkan harga mahal hanya untuk jangka waktu lima tahun saja?” ujar Agung.

Namun setelah melakukan verifikasi internal dan melihat harga uap di lapangan panas bumi yang dimiliki oleh PLN yakni di PLTP Mataloko, PLTP Ulumbu Flores, serta di Tulehu Ambon, Maluku, PLN memperkirakan harga uap di Kamojang tidak akan melebihi estimasi harga uap yang telah ada, yakni sebesar Rp 535 per kWh atau sebesar USD 4 cent.

Namun agaknya Pertamina selaku pengelola Kamojang tetap bertahan di harga jual yang terlalu tinggi. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan PLN untuk menunda perpanjangan pembelian uap dari Kamojang 1,2 dan 3.

PLN pastikan pasokan system Jawa Bali cukup
Meskipun saat ini PLN tidak memanfaatkan aliran listrik dari pembangkit di Kamojang 1,2, 3. PLN berjanji hal ini tidak akan mengurangi suplai listrik ke masyrakat, untuk mengganti pasokan listrik dari Kamojang. PLN akan memanfaatkan aliran listrik Jawa-Bali yang saat ini pasokannya berkecukupan.

PLN mempunyai alasan kuat untuk melakukan penundaan kelanjutan pembelian panas uap bumi di Kamojang. Hal ini terkait dengan tingginya harga yang ditawarkan oleh pihak Pertamina selaku pengelola PLTP Kamojang.

Saat ini PLN sebagai pelaku bisnis, sesuai dengan kondisi keekonomian yang terjadi, PLN tidak mungkin membeli dengan harga yang terlampau tinggi. Hal ini ditakutkan akan mempengaruhi daya jual listrik PLN kepada masyarakat. Mahalnya tarif listrik juga dikhawatirkan dapat menurunkan daya beli masyarakat, potensi, dan daya saing industri masyarakat. Selain itu, penetapan tarif listrik PLN dilakukan melalui mekanisme kebijakan pemerintah yang telah disetujui oleh DPR, yang kemudian dijalankan oleh PLN selaku operator .

PLN juga merasa pemanfaatan energi baru terbarukan sangatlah penting, sehingga memerlukan kepedulian yang tinggi dari semua pihak, termasuk pengembang dan juga pemerintah, untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI