Suara.com - Perusahaan pembiayaan Maybank Finance mengincar realisasi pembiayaan dapat tumbuh 10 persen pada tahun 2016 atau sebesar Rp9,1 triliun dibanding pembiayaan tahun 2015 sebesar Rp8,3 triliun.
Presiden Direktur Maybank Finance, Alexander di Jakarta, Kamis (7/1/2016), mengatakan untuk mencapai target itu, perusahaan akan mempertahankan pasar pembiayaan di sektor otomitif, di samping mencoba meraup keuntungan lebih besar dari pembiayaan ke sektor industri dan alat berat.
Sektor industri dan alat berat, diakui Alexander, semakin dilirik lembaga keuangan asal Malaysia tersebut, karena janji pemerintah Indonesia untuk "jor-joran" dalam pembangunan di sektor infrastruktur.
"Kita ingin perluas industri dan alat berat," ujarnya dalam konferensi pers pergantian nama BII Finance menjadi Maybank Finance.
Maybank selama ini banyak bergerak di pembiayaan otomotif terutama kendaraan roda empat, multiguna, dan industri serta alat berat.
Meskipun melirik ceruk pasar industri dan alat berat di 2016, Alexander masih melihat sektor otomotif akan mendominasi pembiayaan Maybank hingga di kisaran 90 persen.
Untuk lebih agresif dalam pembiayaan, Maybank juga mempersiapkan kapasitas pendanaan yang lebih besar. Porsinya 70 persen dari induk usaha dan 30 persen dari sumber lain, termasuk penerbitan obligasi.
"Kami coba cari modal kerja (pendanaan) Rp1,5 trilun di semester I dan Rp1,5 triliun di semester II," ujar dia.
Meskipun mencatatkan pertumbuhan pembiayaan pada 2015, setelah pada 2014 pembiayaan di kisaran Rp7 triliun, Alexander mengakui perusahaan mengalami masa yang cukup berat pada tahun lalu, apalagi dengan rasio pembiayaan bermasalah (non performing loan) yang membengkak hingga tiga kali lipat menjadi 0,38 persen.
"Namun NPL kami masih lebih rendah dibanding industri," kata dia.
Alexander mengaku optimstis, pembiayaan "macet" akan berkurang signifikan pada tahun ini, didorong pemulihan ekonomi nasional dan upaya penguatan mitigasi oleh perusahaan.
(Antara)