Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp13.915, Kamis (7/1/2016). Ini dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.943 per dolar AS.
"Sempat bergerak mendatar, nilai tukar rupiah bergerak menguat pagi ini namun cenderung terbatas seiring harga minyak mentah dunia yang kembali melemah," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, Kamis pagi.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cenderung rentan terkoreksi menyusul minimnya sentimen positif dari eksternal. Ketidakpastian ekonomi Tiongkok akan masih membayangi kinerja ekspor domestik.
Situasi itu dapat membawa imbas negatif pada laju mata uang rupiah ke depannya.
"Namun diharapkan, sentimen domestik yang cukup optimis terhadap perekonomian nasional dapat mengimbangi sentimen eksternal sehingga menahan tekanan jika laju rupiah berbalik arah," ucapnya.
Agar pelaku pasar tetap perlu mewaspadai akan adanya potensi pembalikan arah laju rupiah terhadap dolar AS. Terutama sentimen dari harga minyak mentah yang kembali melemah dan koreksi pada beberapa data ekonomi di Korea Selatan, Jepang, dan Cina.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa kombinasi antara peningkatan risiko di Cina, Timur Tengah dan penurunan harga komoditas global membuat aset berdenominasi dolar AS masih lebih diminati oleh pelaku pasar uang.
"Secara umum, harga minyak yang turun bisa mendorong rupiah kembali tertekan," ujarnya. (Antara)