Suara.com - Kebijakan PT Pertamina (Persero) membentuk PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) untuk mengelola ladang-ladang migas di luar negeri akan memperkokoh ketahanan energi nasional. Pernyataan ini diungkapkan pengamat energi, Marwan Batubara.
Marwan yang juga Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS) di Jakarta, Rabu (6/1/2016) mengatakan cadangan minyak Indonesia saat ini sangat terbatas sehingga perlu ada kebijakan untuk menambah cadangan, salah satunya melalui akuisisi atau merger ladang-ladang migas di luar negeri.
"Dengan ekspansi, ke depan produksi minyak Pertamina bakal meningkat. Ini juga secara tidak langsung akan membantu menjaga ketahanan energi nasional," ujar Marwan.
Ia mengingatkan Indonesia sudah menjadi net importer minyak sejak 2003. Defisit minyak semakin membesar karena sepanjang 2015 tingkat konsumsi mencapai 1,5 juta barel mnyak per hari (BOPD) sedangkan produksi hanya 825 ribu BOPD, belum termasuk "cost recovery" dan "profit sharing".
Marwan menambahkan untuk mengurangi gap antara produksi dan kebutuhan migas Indonesia saat ini dan masa yang akan datang, Indonesia memerlukan pasokan minyak dari luar negeri. Karena itu, adanya wilayah kerja Pertamina di luar negeri diharapkan menambah cadangan dan produksi Indonesia dari luar negeri.
Namun Marwan mengingatkan yang harus dilakukan tentu saja harus menyasar lapangan-lapangan yang sudah masuk dalam tahapan eksploitasi dan bukan di lapangan eksplorasi.
Selain itu bila Pertamina hendak melakukan ekspansi harus membuat perhitungan secara matang. "Jangan sampai membeli lapangan yang lebih mahal sehingga berpotensi menimbulkan kerugian," katanya.
Komaidi Notonegoro, Deputi Direktur ReforMiner Institute juga menyatakan setuju dengan langkah Pertamina melakukan ekspansi ke luar negeri karena cadangan migas di dalam negeri semakin menipis. Bila hanya bergantung pada cadangan di dalam negeri dan yang beroperasi, tidak menguntungkan.
"Ekspansi hulu migas harus dilakukan untuk mengamankan kebutuhan energi Indonesia," ujar Komaidi.
Dia mendorong agar Pertamina tidak hanya melakukan akuisisi dengan membeli saham pada ladang migas yang sudah ada, tetapi juga melakukan kegiatan eksplorasi. Selama ini Pola yang dipakai perseroan terhadap blok migas di luar negeri lebih pada pembelian saham dari pemiliknya, katanya.
"Pola yang dipakai sampai sejauh ini ya itu. Tapi itu juga ada latar belakangnya karena untuk meminimalkan risiko. Kalau investasi dari awal terus gagal menemukan cadangan, risikonya jauh lebih tinggi," kata Komaidi.
Menurut Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, PIEP disiapkan oleh Pertamina untuk mengelola aset-aset hulu milik Pertamina di luar negeri, sebagai bagian dari ketahanan dan kemandirian energi nasional.
PIEP saat ini mengelola tiga ladang migas di Aljazair, Irak, dan Malaysia."Kami sebagai operator di Blok MLN Aljazair, kami yang jalankan operasinya. Ke depan semua kegiatan eksplorasi akan dapat dipimpin oleh Pertamina," ujarnya.
Tahun ini, PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI), anak usaha Pertamina di sektor pengeboran, akan mengirimkan rig ke Aljazair untuk mendukung implementasi RDP 2015, pemboran 20 sumur, dan workover 16 sumur.
Direktur Utama PIEP, Slamet Riadhy menambahkan minyak Pertamina dari operasi internasional diutamakan untuk masuk ke kilang Pertamina. Dari operasi internasional sepanjang 2015 mencapai 19 kali pengapalan dengan volume 11,6 juta barel.
Sebagian besar minyak masuk ke kilang pengolahan Balikpapan, Kalimantan Timur dan kilang pengolahan Cilacap, Jawa Tengah. "Pada tahun-tahun mendatang jumlah minyak tersebut akan terus meningkat seiring dengan kenaikan produksi dari operasi internasional Pertamina," katanya.
(Antara)