Penurunan BBM Picu Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS

Rabu, 06 Januari 2016 | 10:51 WIB
Penurunan BBM Picu Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS
Suasana di salah satu gerai money changer di Jakarta, Kamis (23/7). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat, Rabu (6/1/2016). Penguatannya sebesar 3 poin menjadi Rp13.889.

Selasa (5/1/2016) kemarin rupiah di posisi Rp13.892 per dolar AS. Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan penguatan itu dipicu penurunan harga BBM oleh pemerintah.

"Penurunan harga energi di dalam negeri menjadi salah satu faktor pemicu bagi rupiah untuk tetap berada di area positif," kata Rangga.

Kata dia, tekanan mata uang dolar AS terhadap mata uang di kawasan Asia yang cenderung mereda juga menambah faktor positif bagi nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan. Hanya saja, secara umum harga komoditas dunia yang belum beranjak naik masih akan menahan laju mata uang rupiah untuk menguat lebih tinggi. Terpantau, harga minyak mentah di New York Mercantile Exchange berada di level 36,04 dolar AS per barel.

Selain itu, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih menanti isu yang berkembang yakni pengumuman "reshuffle" kabinet jilid II, serta laporan realisasi APBN 2016 untuk periode Januari sebagai konfirmasi atas optimisme target pertumbuhan di tahun ini.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa mata uang rupiah masih bertahan di area positif seiring dengan pelaku pasar uang yang cukup optimistis terhadap perekonomian domestik, pertumbuhan ekonomi pada 2016 yang sebesar 5,3 persen diproyeksikan tercapai.

"Proyeksi itu menyusul optimisme pemerintah terhadap penyerapan anggaran belanja modal yang akan lebih cepat dibandingkan tahun 2015 lalu," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, Bank Indonesia juga masih akan terus menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah di pasar valas domestik agar tetap stabil, sehingga tidak membuat kekhawatiran pelaku usaha. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI