Suara.com - Saham-saham di Wall Street berakhir relatif stabil pada Selasa (Rabu pagi WIB 6/1/2016) setelah jatuh dipicu oleh penurunan tajam pasar ekuitas Tiongkok sehari sebelumnya.
Tetapi saham raksasa teknologi Apple merosot 2,5 persen menyusul laporan bahwa perusahaan akan memangkas produksi iPhone karena penjualannya lemah.
Dow Jones Industrial Average menambahkan 9,72 poin (0,06 persen) menjadi ditutup pada 17.158,66, sedangkan indeks berbasis luas S&P 500 naik 4,05 poin (0,20 persen) menjadi 2.016,71.
Tapi, karena penurunan tajam Apple, indeks komposit teknologi Nasdaq turun 11,66 poin (0,24 persen) menjadi berakhir di 4.891,43.
Saham-saham AS pada Senin telah bergabung dalam kejatuhan ekuitas global, setelah penurunan tujuh persen di pasar saham Tiongkok dan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran atas eksekusi mati ulama Syiah terkemuka yang didukung Iran oleh Saudi.
Pada Selasa (5/1/2016), pasar Tiongkok lebih stabil setelah bank sentral Tiongkok, People's Bank of China (PBoC) menyuntikkan 130 miliar yuan (20 miliar dolar AS) ke pasar uang. Laporan-laporan berita juga mengatakan dana-dana yang dikendalikan negara melakukan pembelian saham.
Para investor berusaha untuk memastikan Tiongkok dan keretakan Saudi-Iran "akan menjadi sesuatu yang kita harus khawatir untuk tahun ini, atau apakah itu hanya kegagalan hari pembukaan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di S&P Capital IQ.
"Ini masih belum terpecahkan." Saham Apple, perusahaan tercatat terbesar berdasarkan nilai pasar, merosot setelah Nikkei Asian Review melaporkan bahwa perusahaan berencana untuk mengurangi produksi model iPhone 6s terbaru sekitar 30 persen karena penjualan lemah.
Twitter kehilangan 2,8 persen menyusul laporan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan pesan sebanyak-banyak 10.000 karakter, jauh di atas batas saat ini 140-karakter. Banyak pengguna Twitter mengkritik tajam kemungkinan perubahan itu.
Eli Lilly naik 1,5 persen karena memproyeksikan laba 2016 antara 3,45-3,55 dolar AS per saham, di bawah 3,65 dolar AS yang diperkirakan para analis. Credit Suisse mengatakan bahwa meskipun lebih rendah dari perkiraan, ia masih melihat peluang kuat di produsen obat tersebut.
Ford turun 1,8 persen setelah penjualan Desembernya datang kurang sekitar 4.000 dari perkiraan Edmunds.com di 243.590. General Motors turun 2,6 persen sekalipun penjualannya pada Desember mencapai 290.230 unit lebih sekitar 3.000 unit dari perkiraan Edmunds. Menutup hasil yang kuat untuk penjualan mobil AS.
Pembuat senapan api Smith & Wesson melonjak 11,1 persen setelah memproyeksikan laba untuk kuartal yang berakhir 31 Januari sebesar 39-41 sen per saham, jauh di atas perkiraan perusahaan pada 8 Desember di 27-29 sen per saham.
(Antara)