Suara.com - Harga minyak dunia turun pada Senin (Selasa pagi WIB 5/1/2015), karena kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan dan data ekonomi lemah dari Tiongkok melebihi meningkatnya ketegangan antara produsen minyak utama Arab Saudi dan Iran.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 28 sen menjadi berakhir di 36,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk Februari, patokan global untuk minyak, merosot enam sen menjadi menetap di 37,22 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Pasar minyak menarik beberapa dukungan awal dari meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka pada Sabtu atas tuduhan terorisme, memicu protes, dan kemudian pemutusan hubungan diplomatik," kata Tim Evans dari Citi Futures.
"Kekhawatiran langsung di sini adalah bahwa memanasnya ketegangan jangka panjang (Saudi-Iran) bisa meningkat menjadi konfrontasi militer lebih langsung yang akan menempatkan produksi dan pengiriman minyak dari kawasan ini berisiko," katanya.
Tetapi kenaikan harga awal itu melempem karena para pedagang kembali fokus ke kelebihan pasokan global berkepanjangan dan laporan lemah lain pada manufaktur di Tiongkok, konsumen energi terbesar dunia.
Pertikaian antara Arab Saudi dan Iran "tidak menimbulkan risiko nyata gangguan pada minyak pada saat ini," kata mitra pendiri Again Capital, John Kilduff.
"Secara keseluruhan kelebihan pasokan satu-satunya kekuatan penggerak pada saat ini dan tidak ada selain kekurangan yang akan menghentikan itu," tambahnya.
Citi Evans menunjukkan bahwa ketegangan Saudi-Iran juga membuat "agak lebih sulit" untuk 13-anggota kartel OPEC untuk mencapai kesepakatan apapun yang dapat membatasi pasokan.
OPEC memutuskan pada bulan lalu untuk tidak melakukan pemotongan tingkat produksi guna menopang harga minyak mentah, malah memilih untuk mempertahankan pangsa pasar menghadapi persaingan dari produksi minyak serpih Amerika Utara.
Kilduff mengatakan bahwa data manufaktur Tiongkok yang buruk juga menekan sentimen.
Aktivitas pabrik jatuh ke tingkat terlemah dalam seperempat abad pada Desember, kontraksi sektor bulan ke-10 berturut-turut.
(Antara)