Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 104 poin menjadi Rp13.802 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.698 per dolar AS.
"Menjelang akhir tahun, dolar AS kembali mendapatkan momentum. Harga minyak mentah yang kembali mengalami tekanan hingga mencapai 2,43 persen menjadi salah satu penopang dolar AS kembali bergerak menguat," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Ia menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar juga cenderung mengakumulasi dolar AS mengingat masih adanya rencana kenaikan suku bunga AS secara bertahap pada tahun 2016 menyusul perekonomian Amerika Serikat yang cenderung membaik.
"Sentimen itu membuat potensi dolar AS masih berpeluang meningkat," katanya.
Ia mengharapkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah dikeluarkan dapat menjaga laju perekonomian Indonesia yang akhirnya menjaga fluktuasi rupiah untuk bergerak stabil.
Ekonomi Indonesia, kata dia, diproyeksikan akan tumbuh 5 persen (year on year) pada tahun 2016.
Analis dari LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menambahkan bahwa potensi kembali naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika pada tahun 2016 memberian sinyal bahwa perekonomian Negeri Paman Sam itu memiliki kinerja fundamental ekonomi positif.
"Hal tersebut memberikan sentiment positif terhadap kinerja mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama di dunia," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (30/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.794 dibandingkan hari sebelumnya (29/12) di posisi Rp13.658 per dolar AS.
(Antara)