Devisa Industri Pariwisata di 2016 Ditargetkan Rp172 Triliun

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 30 Desember 2015 | 15:01 WIB
Devisa Industri Pariwisata di 2016 Ditargetkan Rp172 Triliun
Pantai Kuta di Pulau Bali, salah satu objek wisata Indonesia yang paling terkenal di dunia (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Devisa pariwisata dari turis asing ke Indonesia ditargetkan bisa mencapai Rp172 triliun dengan angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dipatok minimal 12 juta orang pada tahun 2016.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Rabu (30/12/2015), mengatakan potensi pariwisata Indonesia bisa dioptimalkan dalam beberapa tahun ke depan.

"Oleh karena itu, kami telah menetapkan target untuk 2016 dengan angka-angka yang optimistis yakni jumlah kunjungan wisman sebesar 12 juta dengan devisa yang dihasilkan diproyeksikan sebesar Rp172 triliun," tutur Menteri Arief.

Ia menambahkan, jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada 2016 ditetapkan sebanyak 260 juta perjalanan dengan uang yang dibelanjakan diproyeksikan sebesar Rp223,6 triliun.

Sedangkan kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diproyeksikan akan meningkat menjadi 5 persen dan jumlah lapangan kerja yang diciptakan menjadi 11,7 juta tenaga kerja.

Untuk mendukung target tersebut pihaknya bersama "stakeholder" pariwisata telah menyiapkan rencana aksi di antaranya melanjutkan strategi pemasaran dan promosi dengan memfokuskan pada "positioning" dan memperkuat "branding" Wonderful Indonesia di negara-negara pasar utama.

"Hal ini dilakukan dalam rangka mendapatkan kembali perhatian calon wisman agar Indonesia masuk dalam 'wish list' negara yang akan dikunjungi pada saat mereka berlibur," ujarnya.

Untuk itu kata dia, kampanye komunikasi pemasaran yang masif akan dilakukan ke seluruh dunia melalui saluran media internasional (cetak, elektronik, dan daring) maupun media luar ruang (di bus, taksi, MRT, stasiun bus, kereta, pusat perbelanjaan) dengan menampilkan gambar-gambar destinasi wisata Indonesia.

Selain itu, juga kegiatan promosi "offline" dengan mengikuti pameran pariwisata internasional, "sales mission", serta "fam trip".

Pihaknya juga akan menggalakkan kegiatan dalam memperkuat branding Wonderful Indonesia, kegiatan "advertising" dan "selling" dengan melibatkan para pelaku bisnis pariwisata akan tetap dilakukan antara lain dengan mengikuti kegiatan pameran pariwisata internasional di mancanegara.

Pada 2016 Indonesia akan mengikuti kegiatan pameran di antaranya ITB Berlin, WTM London, WTM Dubai, CTM China, NATAS Singapore, MATTA Malaysia, JATA Jepang, Korea, Australia, maupun pameran pariwisata Internasional yang bersifat minat khusus seperti DEMA show, Cruise Shipping, Boot Dusseldorf, GOLF, dan MICE.

Sementara itu untuk memperkenalkan destinasi pariwisata dan paket-paket wisata terbaru dan menarik di Indonesia, Kemenpar juga melakukan misi penjualan (sales mission) ke kota-kota besar di sejumlah negara sebagai sumber wisman utama.

Misalnya, di wilayah Asia Tenggara (Singapura, Kuala Lumpur, Johor, Malaka, Kota Kinabalu, Bangkok, Phuket, HCMC, Manila); wilayah Asia Pasifik (Seoul, Busan, Shanghai, Chengdu, Beijing, Hong Kong, Macau, Guang Zhou, Tokyo, Osaka, Sydney, Melbourne, Adelaide, Brisbane, Perth, Mombay, New Delhi); dan wilayah Eropa, Timteng, Afrika dan Amerika Utara (Amterdam, Paris, Frankfurt, Johannesburg, Dubai, Jeddah, Moskow).

Ia menjelaskan, kegiatan sales mission tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan penjualan paket-paket wisata serta meningkatkan rasa percaya diri para industri pariwisata nasional karena kehadiran pemerintah bersama-sama para pelaku bisnis akan memberikan kepercayaan yang lebih dari para buyers mancanegara.

Kegiatan lain yang juga strategis adalah menyelenggarakan "familiarization trip" untuk mengenalkan dan mempromosikan obyek wisata dengan mengundang para pemangku kepentingan pariwisata mancanegara dengan mengunjungi destinasi wisata di seluruh Indonesia dalam rangka "seeing is believing".

"Mereka di antaranya adalah para 'tour operator', media cetak/elektronik, penggiat sosial media dan blogger, asosiasi dan orang-orang yang dapat berpengaruh di dalam pengambilan keputusan penyelenggaraan event kegiatan wisata," paparnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang bertekad mengenjot industri pariwisata Indonesia. Saat ini penerimaan negara dari industri pariwisata masih tergolong rendah jika dilihat dari kedatangan wisata yang datang.

Rata-rata jumlah turis yang datang ke Indonesia mencapai delapan juta orang setiap tahun. Padahal, Jokowi menilai potensinya jauh lebih tinggi karena Indonesia memiliki jumlah objek wisata yang banyak.

Pemerintah membandingkan dengan Malaysia yang jumlah wisatawannya mencapai 24 juta per tahun. Sementara Kamboja yang objek wisatanya lebih sedikit sudah mencapai hampir  tujuh juta wisatawan setahun. 

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, industri pariwisata relatif lebih cepat menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan industri manufaktur. Dia berharap, industri pariwisata bisa mendorong neraca jasa lebih baik.

(Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI