Soal Blok Masela, Pengamat: Pikirkan Nilai Tambah Ekonomi

Selasa, 22 Desember 2015 | 11:51 WIB
Soal Blok Masela, Pengamat: Pikirkan Nilai Tambah Ekonomi
Ilustrasi anjungan produksi migas Phe ONWJ. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar minyak dan gas (migas) dari Tim Forum Tujuh Tiga/Fortuga (Ikatan Alumni ITB), Yoga Suprapto menjelaskan terkait perencanaan dan pengembangan (POD) kilang gas alam cair (LNG) di Blok Masela yang terletak di Maluku. Kata dia POD itu bukan hanya memikirkan terkait investasi, biaya operasional ataupun murah atau mahal.

Melainkan bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan Blok Masela ini demi menjaga kedaulatan energi dalam negeri. Khususnya gas dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat di sekitar Blok Masela tersebut.

"Ini sebenarnya bukan membicarakan murah atau mahal ya mau di darat atau di laut. Tapi Bagaimana caranya Blok Masela ini bisa dimanfaatkan untuk memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kepentingan nasional," kata Yoga saat menggelar konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2015).

Yoga mengungkapkan sudah bukan hal yang asing di kalangan insinyur migas, bahwa pembangunan kilang gas alam cair yang berbasis di laut, ujung-ujungnya dikelola oleh kontraktor asing. Ini dinilai cenderung dijadikan bahan ekspor dari produk mentah.

"Jangan sampai kayak zaman-zaman dulu kita malah ekspor. Itu kita punya CPO kita ekspor, balik ke Indonesia udah jadi produk kecantikan, sabun dan lain-lain. Ini kan sayang sekali, memang harus hati-hati ini," tegasnya.

Selain keekonomian migas, kata Yoga, banyak aspek lain yang tidak diukur. Di antaranya bagaimana POD tersebut juga membuat kerangka berdasarkan sustainability, atau keberlanjutan.

"Ini yang sebetulnya ingin kita kembangkan. Agar keuntungannya tidak hanya gas. Mari kita pikir betul, bagaimana kita bisa sustainable. Karena banyak hal yang tidak diukur. Pembangunan Petrokimia (multiplier) butuh perencanaan jangka panjang. Bagaimana kita memikirkan jangka panjang tapi kita berada dalam sistem jangka pendek?" tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI