Credit Suisse Prediksi Ada Pemulihan Ekonomi Indonesia di 2016

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 22 Desember 2015 | 07:54 WIB
Credit Suisse Prediksi Ada Pemulihan Ekonomi Indonesia di 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 diperkirakan membaik [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Credit Suisse memperkirakan adanya pemulihan ekonomi Indonesia tahun 2016 menyusul paket stimulus ekonomi yang diluncurkan baru-baru ini, serta lebih banyak kebijakan fiskal dan keuangan yang mendukung pertumbuhan. PDB Indonesia diprediksi meningkat 5,2% pada 2016, lebih tinggi dari konsensus yang menyatakan peningkatan sebesar 4,9%. Pasar Indonesia juga diharapkan membaik seiring pemulihan ekonomi tahun depan.

Selain itu, Credit Suisse memproyeksikan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai level 5.300 pada akhir 2016, meningkat hampir 20% dari level saat ini. Menurunnya permintaan komoditas, investasi asing yang stagnan serta konsumsi domestik yang melambat telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan PDB dari prediksi sebelumnya menjadi 4,6% pada 2015, sehingga nilai IHSG pun menurun sebesar lebih dari 16% year to date.

Namun, Jahanzeb Naseer, Head of Equity Research Credit Suisse untuk Indonesia, yakin di tahun 2016 pasar Indonesia akan memutarbalikkan tren laba per saham yang terjadi selama empat tahun terakhir ini.

“Selama lima tahun terakhir tidak ada peningkatan laba yang signifikan di seluruh Asia, khususnya Indonesia. Terakhir kali laba mengalami peningkatan adalah di tahun 2011. Pasar saham sulit untuk memberikan kinerja yang stabil ketika pendapatan sedang di revisi turun," kata Jahanzeb dalam keterangan resmi, Senin (21/12/2015). 

Jahanzeb menyatakan proyeksi laba memasuki tahun 2016 merupakan yang terkecil sepanjang lima tahun terakhir. Perkiraan laba kurun waktu 12 bulan selama 2015 mengalami penurunan sebesar 18% dan merupakan lonjakan paling tajam sejak krisis finansial global. Ekspekstasi pertumbuhan untuk 2016 kini berada di 11%.

"Kami yakin angka konsensus tersebut sangat rendah karena bahkan pada masa pemulihan ekonomi yang perlahan pun, laba bisa tumbuh setidaknya 15- 20%, berdasarkan tren yang terlihat selama tiga periode terakhir. Kita dapat melihat potensi peningkatan laba segera setelah tanda-tanda pemulihan semakin jelas, sehingga turut mendorong kinerja pasar modal,” ujar Jahanzaeb.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI