Suara.com - Bisnis penjualan rumah mewah diperkirakan masih melambat pada 2016 karena perekonomian dalam dan luar negeri yang belum membaik sehingga berimbas pada daya beli masyarakat.
Ketua DPD Real Estate Indonesia Provinsi Sumsel Harriadi Bengawan di Palembang, Selasa (15/12/2015), mengatakan bisnis properti khusus rumah mewah mengalami penurunan hingga 40 persen pada tahun ini sehingga diperkirakan pada tahun mendatang belum begitu membaik atau hanya tumbuh di kisaran 15 persen.
"Dalam program satu juta rumah, pada tahun ini, REI Sumsel ditargetkan menjual rumah komersil sebanyak 1.500 unit, tapi hingga kini hanya terealisasi sekitar 800-an unit," kata dia.
Untuk itu, REI mengharapkan pemerintah membangkitkan sektor properti ini agar pada tahun depan sedikit menggeliat dengan cara penyederhanaan proses perizinan.
Menurut dia, proses mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terlalu panjang sehingga membutuhkan waktu hingga dua bulan.
"Sebenarnya ini bisa disederhanakan sekitar dua minggu saja, jika pemerintah mau dan berkomitmen," kata dia.
Terkait dengan pelemahan sektor rumah mewah ini, menurut dia, telah membuat kalangan pebisnis perumahan kelas menengah dengan harga berkisar Rp1 miliar ini mulai menjajal rumah murah yang mendapatkan subsidi dari pemerintah.
"Rumah untuk kelas menengah ke atas, bisa dikatakan lagi benar-benar turun hingga 40-50 persen. Sehingga, banyak pengembang memutuskan untuk menghentikan dulu sektor ini, dan mulai membidik pembangunan rumah murah agar aliran dana perusahaan tetap jalan," kata dia.
Ia mengemukakan, dalam program rumah murah yang masuk dalam program satu juta rumah hingga akhir 2015 ini pembeli hanya dikenai bunga 5 persen untuk masa pengembalian 20 tahun.
Selain itu, uang muka yang dibebankan juga sangat rendah yakni satu persen dari harga rumah yang berkisar Rp105 juta hingga Rp110 juta.
"Pengusaha menjadikan sektor rumah murah untuk tetap bertahan di tengah pelemahan ekonomi, setidaknya ada arus uang dalam perusahaannya," kata dia. (Antara)