Suara.com - PT Pertamina (Persero) meraih laba bersih hingga Oktober 2015 sebesar 1,39 miliar dolar AS atau setara Rp19 triliun.
"Di tengah tantangan penurunan harga minyak, hingga akhir Oktober 2015, Pertamina meraih laba bersih 1,39 miliar dolar AS," kata Dirut Pertamina Dwi Soetjipto dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Dalam sambutannya pada syukuran ulang tahun ke-58 Pertamina di kantornya Jakarta, Kamis, Dwi mengatakan hingga Oktober 2015, pihaknya juga mampu memperoleh efisiensi 1,278 miliar dolar AS.
Ia juga mengungkapkan, hingga Oktober 2015, efisiensi belanja operasional (opex) mencapai sekitar satu miliar dolar dan marjin EBITDA sampai pertengahan 2015 sebesar 10,76 persen.
"Marjin tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini membanggakan di tengah harga minyak turun hampir 60 persen," ujarnya.
Pertamina juga pertama kalinya melakukan aktivitas lindung nilai (hedging) valuta asing dengan transaksi lebih dari 400 juta dolar AS dan menjadikan Pertamina sebagai "role model" bagi BUMN lain.
Dari sisi produksi, hingga akhir Oktober 2015, produksi migas mencapai 584,32 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) atau lebih tinggi 11,3 persen pada periode sama 2014 sebesar 524,94 MBOEPD.
Pertamina menambah temuan sumber daya (2C) migas sebesar 238,06 juta barel setara minyak (MMBOE) yang terdiri atas minyak 93,98 MMBO dan gas 834,73 BSCF.
Dwi juga menegaskan, pihaknya siap mengelola Blok Mahakam pascaterminasi pada 2018.
"Kami yakin bisa meningkatkan produksi Mahakam," katanya.
Di sektor panas bumi, melalui anak perusahaannya PT Pertamina Geothermal Energy, Pertamina sejak 2009 sampai 2015 memproduksi listrik kumulatif 2.533 GWh.
Pertamina juga menambah pipa gas menjadi 1.956 km hingga saat ini dan akan bertambah dengan penyelesaian proyek Belawan-Kawasan Industri Medan-Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Muara Karang-Muara Tawar, dan Porong-Grati pada 2016.
"Juga akan segera masuk 18 unit SPBG tambahan yang dibangun pada 2015," lanjut Dwi.
Pada Desember 2015, menurut dia, Pertamina mulai mengalirkan gas rumah tangga di Bekasi, Bunyu, Ogan Ilir, dan Sidoardjo dengan jumlah 16.000 sambungan.
Di sisi pengolahan, Pertamina telah mengonversi minyak tanah menjadi avtur dan mengoperasikan kilang RFCC Cilacap serta TPPI.
Kemudian, Pertamina juga tengah mengerjakan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC), "calciner plant" di Dumai, dan pembangunan TDAE (treated distilate aromatic extract) dengan Repsol di Cilacap.
Di samping, Pertamina telah menandatangani HOA proyek peremajaan kilang Cilacap dengan Saudi Aramco senilai 5,2 miliar dengan target penyelesaian pada 2021 dan menyusul Balikpapan senilai 5,5 miliar dolar.
"Sementara, proyek kilang baru di Tuban, direncanakan akan dilakukan 'partnership agreement' pada Februari 2016 dengan mitra strategis terpilih," katanya.
Pembangunan kilang baru Tuban itu mendapatkan dukungan pemerintah berupa pemanfaatan lahan dan Perpres Pembangunan Kilang Baru yang diharapkan akan keluar dalam waktu dekat. (Antara)