Kelas Menengah Jadi Penggerak Industri Properti Indonesia

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 10 Desember 2015 | 23:51 WIB
Kelas Menengah Jadi Penggerak Industri Properti Indonesia
Pembangunan Properti
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com -  Kelas menengah di Indonesia dinilai seorang praktisi sebagai penggerak sekaligus potensi unggulan industri properti ketika memasuki pasar persaingan terbuka, khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai akhir tahun ini.

"Kelas menengah saja saat ini sudah berjumlah 45.662.000 jiwa. Angka ini bahkan diprediksi akan melesat hingga menembus 80.274.000 jiwa pada 2020. Ini yang akan jadi penggerak, sekaligus pasar," kata CEO PropertyGuru Group Steve Melhuish pada jumpa pers Professional Property Agent Summit 2015, di Jakarta, Kamis (10/12/2015).

Selain itu, katanya, di antara kelas menengah itu, ada potensi unggulan lain yakni populasi usia muda sekitar 20 tahunan yang sangat besar.

"Mereka baru pertama kali bekerja (first jobber), dan dalam waktu dekat akan menjadi bagian dari kelas menengah yang turut menggerakkan industri properti Indonesia," ujar Steve.

Dengan demikian, lanjut Steve, pada masa depan, mereka akan membuat para pelaku industri, seperti pengembang dan agen, sibuk karena kebutuhan properti yang semakin tinggi.

Sementara itu, separuh dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Pada tahun 2020, diperkirakan 68 persen dari populasi akan tinggal di kota dan jumlahnya meroket 82 persen pada 2045.

"Tren inilah yang akan menggerakkan roda industri properti untuk menjawab kebutuhan tempat tinggal di kota-kota besar ASEAN, termasuk Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar," kata Steve.

Kemudian, pada saat yang sama, lanjut dia, ledakan angka penggunaan ponsel pintar (smartphone) di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan juga akan membuat industri properti semakin menarik.

Pasar terbuka Country General Manager Rumah.com Wasudewan menilai, Indonesia sebagai bagian dari populasi 600 juta orang di ASEAN atau Asia Tenggara, dengan sendirinya sudah menjadi pasar terbuka.

"Suka atau tidak, pasar sudah terbuka. Ini tantangan tersendiri bagi pelaku di sektor properti, khususnya para agen," kata Wasudewan.

Salah satu pendukung bagi pasar ini adalah, penggunaan teknologi informasi untuk mengakses pasar properti itu sendiri.

"Para agen properti harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat terjadi, agar mereka dapat memenuhi kebutuhan para pencari properti," katanya.

Ia menambahkan, kombinasi teknologi digital dan pemahaman isu-isu penting dalam dunia properti merupakan modal penting yang harus dikuasai oleh para agen properti.

"Pada era pasar terbuka, mereka tidak hanya bersaing sesama agen domestik, tetapi juga agen internasional," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI