Suara.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimismis pasar properti pada 2016 lebih prospektif dan kinerja perseroan akan lebih baik karena kondisi ekonomi yang diprediksi membaik.
"Jika dengan kondisi pelemahan ekonomi pada 2015 antara supply dan demand tidak seimbang dan kinerja BTN tumbuh di atas rata-rata industri, maka dengan membaiknya ekonomi 2016 akan mendorong keseimbangan antara supply dan demand, yang akan mendongkrak kembali kinerja Bank BTN lebih baik lagi. Kami optimis 2016 kinerja perseroan akan lebih baik," ujar Direktur Utama BTN Muryono dalam Seminar BTN Outlook Ekonomi, Perbankan dan Property 2016 di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Dengan kondisi ekonomi 2016 yang diprediksi akan tumbuh lebih baik dari 2015, kata dia, terpenuhinya permintaan dan penawaran pembangunan perumahan akan mendorong kredit perbankan 2016 tumbuh lebih baik.
Program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintah, kata Maryono, juga telah menjadi motor penggerak kebutuhan rumah menjadi lebih tinggi karena melalui program ini, masyarakat dapat memiliki rumah dengan cara mudah, cepat dan murah.
Menurut dia, kredit yang disalurkan Bank BTN untuk pembiayaan perumahan juga berdampak pada menggeliatnya sektor industri yang terkait dengan pembangunan perumahan.
Tumbuhnya industri tersebut, ujar Maryono, secara tidak langsung mendorong dan memperkuat ekonomi nasional serta telah mendorong tumbuhnya PDB nasional.
"Dan ini belum disadari betul oleh semua pihak bahwa ternyata pembiayaan perumahan itu telah membuat sektor industri terkait tahan banting terhadap kondisi ekonomi 2015," kata dia.
Siklus berantai dalam pembiayaan perumahan sebagai penguat sendi-sendi ekonomi bangsa, menurut dia, sudah teruji saat kondisi ekonomi nasional sedang dalam posisi perlambatan pada 2015, Bank BTN dengan bisnis utama pembiayaan perumahan berada pada posisi yang sangat baik.
Sampai dengan September 2015, BTN telah membiayai kredit sekitar Rp145 triliun dan telah dimanfaatkan oleh lebih dari 3.500.000 keluarga di Indonesia.
Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk 2016 berada di angka 5,3 persen, tetapi proyeksi tersebut tetap disertai risiko seperti kemungkinan naiknya suku bunga Amerika Serikat (AS), perlambatan di negara-negara mitra dagang seperti Tiongkok, pelemahan di sektor swasta akibat depresiasi nilai tukar dan berkurangnya marjin keuntungan serta kemarau akibat pola cuaca El Nino. (Antara)